Pelajaran Dari “Dismas”, Penjahat Sebelah Kanan Yesus di Salib

Ilustrasi:Yesus,Dismas dan Gestas di palang kayu salib/ist

 Oleh, Herman E. Degei
"Kisah tentang orang hebat sudah sering kita dengar. Demikian pula kisah tentang orang sukses, orang kaya, ataupun seorang pemimpin. Namun pernahkah kita sejenak mendengarkan kisah tentang mereka yang dianggap sebagai penjahat? Sudahkah kita mendengarkan kisah mereka yang dianggap jahat dan dinistakan oleh dunia sosial kita?"

Seperti yang ditulis dalam kitab suci, ketika Yesus disalibkan, ada 2 penjahat yang disalibkan bersama Dia di sebelah kanan dan di sebelah kiri-Nya; Dalam injil (Matius 27:38) ditulis, “Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang sebelah kanan dan seorang lagi di sebelah kiri-Nya.” Kemudian, dalam injil (Lukas  23:39-43) ditulis lagi, “Dari antara 2 penjahat itu, yang seorang bersimpati dan percaya pada Yesus, sedangkan yang seorang malah menentangnya.”

Baik dalam injil Markus maupun Lukas, nama kedua penjahat tersebut tidak dituliskan. Entah mungkin karena penulis kedua injil tersebut terlalu hemat untuk menuliskannya atau apa, tidak tahu. Kecuali dalam Injil Nikodemus (apokrif, Berasal dari Abad ke-4) ditulis, nama pencuri yang baik adalah "Dismas" dan nama pencuri buruk adalah "Gestas".

Disini, dari kedua penjahat tersebut, yang menjadi pokok pembahasan, sekaligus (semestinya) menjadi cermin buat setiap kita umat manusia adalah Dismas.

Menurut tradisi (dalam Gereja perdana) Dismas adalah seorang santo yang baru mengikut Yesus pada menit-menit akhir dari kehidupannya. Dismas adalah salah seorang dari dua penjahat yang disalibkan di sebelah kiri dan sebelah kanan Yesus.

Google menulis, bahwa Dismas Lahir pada 18 SM, di Galilea, dan Meninggal pada 33 M, di Bukit Golgota. Juga ditulis, Saudara kandung dari impenitent thief ini adalah anak dari ayah; Lucius dan ibu; Eve (legendary). Sebelum akhirnya ia disalibkan dan mati di kayu salib, ia sudah mempunyai Pasangan hidup bernama Tamar.

Mengintil judul tulisan, apa yang bisa kita telaah dari sosok Dismas?

Sementara Dismas adalah salah satu dari kedua penjahat yang mengecap kematian di palang salib bersama Yesus lantar kejahatannya. Apakah karena sikap penyesalannya terhadap dosa-dosanya, hingga ia menjadi layak untuk memasuki taman kebahagiaan yang abadi, dan tradisi gereja menyebutnya sang penjahat yang bertobat ini sebagai seorang kudus dengan nama St. Dismas?

Tidak. Masih ada lagi. Dan belum cukup sampai disitu untuk kita mempalajari dan mengutip “the turning point” atau titik balik yang kemudian mengubah haluan hidup seseorang.

Kendati dalam keempat injil tidak pernah menyebutkan nama Dismas, namun pada masa awal kehidupan gereja, telah beredar kisah tentang Dismas.

Disana dikisahkan, bahwa  ketika keluarga kudus melarikan diri dari Betlehem ke Mesir karena ancaman pembunuhan bayi Yesus oleh Herodes, mereka berpapasan dengan dua orang penjahat di tengah jalan, yakni Dismas dan Gestas.

Saat itu Gestas nampaknya ingin menganiaya keluarga miskin ini. Namun oleh pertolongan Dismas, Gestas akhirnya melepaskan keluarga kudus ini untuk meneruskan perjalanan mereka dengan selamat tanpa dirampok dan dianiaya oleh Gestas.

Kemudian untuk menunjukan rasa terima kasihnya terhadap Dismas, saat itu Maria berkata; “Tuhan akan mendukungmu dengan tangan kanan-Nya serta membebaskan segala dosamu.”

Disaat itulah Yesus yang berada dalam pangkuannya melonjak dan berseru; “Ibu, setelah tiga puluh tahun nanti, orang Yahudi akan menyalibkan saya. Dan pada saat itu kedua penjahat ini akan dihukum dan disalibkan bersama saya. Dismas di sisi kananku dan Gestas di sisi kiriku. Setelah saat itu, Dismas akan memasuki taman kebahagiaan abadi bersamaku.”

Perkataan bayi Yesus tersebut akhirnya tergenap. Disaat menjelang kematian di palang salib bersama Yesus, Dismas yang dalam injil (Lukas 23: 40-43) disebut salah satu dari kedua penjahat itu pernah berujar; "Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah."

Perkataannya inilah yang menyelamatkannya dimenit-menit terakhir, kala perlahan-lahan ketiganya meregang nyawa karena kehabisan darah, kehausan dan kelaparan. Sungguh sesuatu yang amat luar biasa.

Disaat saat orang lain temasuk temannya Gesmas berkoalisi untuk menjustifikasi Yesus sebagai Mesias gadungan yang gagal, Dismas justru membuat disetting opinion (pendapat hukum yg berbeda). Ia berani keluar dari suara mayoritas yang merendahkan kepribadian Yesus.

Dikayu salib ia mengakui kesalahan dan dosanya, dikayu salib ia memohon untuk tetap dicatat disorga, dikayu salib ia mempercayai karya penebusan Tuhan bagi manusia, dikayu salib ia mengkonstruksi ulang hidupnya yang rusak supaya diubahkan Yesus, di kayu salib juga ia membuat titik balik menuju perubahan yang sangat menentukan.

Jika mau blakblakan, rasanya IRI dikala Tuhan Yesus sendiri mengajak Dismas untuk masuk ke kerajaan Sorga.

Kata-katanya dalam injil (Lukas 23: 40-43) tadi membuat Tuhan Yesus tidak begitu sungkan untuk berkata; “HARI INI JUGA (bukan besok lusa) engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus." (Luk 23; 43).

Tekadnya untuk mau mengakui diri, menyesali dan memohon rasa simpati dari Yesus sendiri membuat dirinya menghembuskan nafas terakhir dengan tenang.

Ia tidak menggunakan konsep populis. Artinya; Pada saat itu para tentara Romawi, para pemimpin agama dan banyak orang yang dengan serunya berkoar, mengolok-olokan dan menghujat Tuhan Yesus. Namun ia tidak mempercayai orang banyak yang punya keberanian menyerang saat itu dengan menghujat Yesus.

Ia malah justru membuat disetting opinion, dan menikung balik menuju perubahan yang tidak menutup kemungkinan untuk nantinya dia memperoleh kehidupan kekal.

Dismas pandai menggunakan kesempatan. Ini artinya juga, bahwa dimenit-menit terakhir menjelang kematian yang diketahuinya, Dismas benar-benar memanfaatkan waktu yang tersisa untuk bergegas memutar arah hidupnya. Ia menyelesaikan sisa hidupnya dengan perkara kebenaran. Ia tak sewatak dengan Gestas yang kala itu justru menambah daftar panjang dosanya dengan malah mencurigai keaslian Kristus.

Sosok Dismas diatas hanyalah contoh kasuistik dari terbatasnya kesempatan manusia untuk berbalik kepada Allah. Dismas yang saat itu posisinya seorang penjahat dan jarang sekali mendengarkan petuah hidup yang hakiki dari Yesus saja bertobat.

Bagaimana dengan kita? Ini yang semestinya jadi bahan refleksi untuk kita.

Atau, barangkali saya keliru. Semoga tidak!

Jika dipahami intinya, Dismas adalah sosok yang bertobat saat di menit-menit terakhirnya. Dan saat itu memang dia sudah tahu persis, bahwa nantinya ia akan ditamat oleh para prajurit.

Bagaimana dengan kita?

Kita tidak tahu-menahu kapan kita akan meninggal, dan oleh apa kita meninggal. Bisa saja sekarang saat kita belum rampung membaca tulisan ini, hak hidup kita secara tiba-tiba dicabut sang Empunya.

Siapa bisa membantah?

Oleh karena itu, selagi masih ada waktu, mari kita jauhkan segala hal yang janggal di mata Tuhan, dan terus berbuat kebajikan terhadap sesama kita. Semoga!

Penulis adalah mahasiswa Papua, Kuliah di Yogyakarta, juga sebagai anggota FKPMKP DIY


Unknown

2 komentar :

  1. persembahan hidup
    https://www.blogger.com/blogger.g?blogID=7184261611093358044#allposts

    BalasHapus
  2. Terimakasih, bagus sekali ulasan dan refleksinya

    BalasHapus