Kaldo: "Saya Dapat Banyak Manfaat dari Makrab FKPMKP DIY 2016"

PesertaMakrab FKPMKP DIY 2016: Frans Tigi, Ansel Tebay,Yosinta Watae, Kaldo Dogomo, Yunita Wawon, Herman Degey, Petrus Tebay dan Daud Agapa. Foto dari depan papan nama tempat Makrab dibuat.
Ternyata benar apa yang pernah disampaikan oleh Pembina Orang Muda Katolik (OMK) kami, Petrus Tekege, saat saya masih sebagai anggota OMK di gereja katolik St. Antonius Bumiwonoro, Nabire-Papua. Ialah bahwa, terkadang karena tergolong masih pemula dan canggung, seseorang ketika diberi waktu untuk menyampaikan pesan dan kesan dari sebuah kegiatan, biasanya seseorang tersebut lupa dan tergagap-gagap bicaranya ketika sudah berdiri di depan peserta.  Bahkan walau seseorang tersebut saat akan diberi waktu untuk menyampaikan pesan dan kesan, sebenarnya sudah mengonsep apa yang akan disampaikan secara mantap sekalipun.

Demikian rupanya yang dirasakan sahabatku ini. Nama lengkapnya Kawelardus Dogomo. Kerap disapa Kaldo. Saya mengenalnya sejak kami baru masuk di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 2 Nabire (2012). Jika orang biasa katakan, tidak ada sesuatu pun yang langgeng di dunia ini, maka tidak dengan persahabatan kami. Ya, saya yakin itu. Selepas dari Nabire rampungkan jenjang Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), lanjut kuliah pun kami dua sama-sama di kota Yogyakarta. Kota jantung budaya dan pendidikan.

Kemarin ini kami sama-sama ikut kegiatan Malam Keakraban (Makrab) yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi Pelajar dan Mahasiswa Katolik tanah Papua, Daerah Istimewa Yogyakarta (FKPMKP DIY), di Desa Kebangsaan, Imogiri, Bantul (02-04/09/16).

Dia mengaku telah mendapatkan banyak hal disana. “Dari sana saya dapat banyak hal. Mulai dari dapat pengalaman baru, bisa berbaur dengan teman-teman dan kaka-kaka yang tentunya kami semua berasal dari latar belakang yang berbeda, dapat pengetahuan dari beberapa materi yang dikasih dari sana, dan satu lagi, itu dari sana baru saya agak jadi berani. Berani maksudnya tidak lagi kikuk kalau duduk atau main dengan teman-teman perempuan,” bebernya.

Karena, lanjut dia, sebelumnya saya kalau duduk dekat perempuan, apalagi perempuan tersebut asalnya dari daerah lain, saya cepat sekali rasa canggung. Kadang juga saking canggungnya, saya sering keringat dingin. Tapi sekarang sudah agak tidak. 

Dia juga kagum akan relasi yang akrab dan transparan antara satu individu dengan individu yang lainnya disana.

“Disana itu saya tidak lihat yang namanya sukuisme dan  pengkotak-kotakkan. Semuanya terbuka. Ada makan, makan sama-sama, minum, minum sama-sama, duduk sama-sama, berkelakar, bersenda gurau, tapi juga ada waktu seriusnya. Dan itu yang bikin sa rasa macam bagaimana begitu. Betah. Ingin selalu tinggal di momen itu,” katanya, terharu.

Mahasiswa STTNas yang tinggal di Asrama Dogiyai, di kamar 1.05 ini juga merasa tertagih atas ucapan yang diteriakkannya, saat sesi dimana mereka disuruh berteriak keras-keras demi mendapatkan identitas diri dari para panitia disana.

“Waktu itu saat saya mau minta identitas lengkap dari salah satu kakak panitia, dia bilang sebelumnya kamu harus berteriak; ‘Saya akan aktif di FKPMKP selama saya masih di Jogja sini’ sebanyak 10 kali. Saya turuti semua. Saat itu saya rasa deru suara saya didengar oleh alam dan tentunya Tuhan. Saya rasa semacam tertagih begitu. Dan tidak enak kalau yang saya ucapkan ketika itu tidak saya realisasikan disaat mendatang,” katanya.

Karena itu untuk kedepannya, dia bilang, saya akan aktif terlibat dalam forum ini.

“Kemudian saya juga merasa terharu ketika saat terakhir di momen pengukuhan. Coba bayangkan. Setelah kami sebelumnya  melewati jalan dengan posisi mata kami yang dikatup rapat-rapat dengan kain hitam, dan seterusnya, terakhir kaki kami dibasuh oleh kakak-kakak panitia serta senioritas dan minta maaf, sekaligus ucap ‘Selamat bergabung!’ untuk kami. Air mata saya tidak lagi terbendung ketika itu. Saya menangis dalam keharuan,” imbuhnya.

Untuk teman-teman agama Katolik di Jogja yang kemarin tidak ikut, baik itu tidak ikut karena ada halangan, atau memang karena malas, dia bilang, mereka rugi. Tapi kedepannya seperti pertemuan, diskusi, dan lain-lain mereka bisa ikut dengan kami. Cuma untuk Makrab, mereka akan ikut tahun depan. Karena itu merupakan sebuah keharusan bagi segenap anggota FKPMKP.

“Saya mau teman-teman di Ipmanapandode, terlebih yang agama Katolik juga terlibat dalam forum ini. Lagipula sekarang kan, organisasi kita sedang sedikit vakum, sehingga tidak pernah ada kegiatan. Tapi itu kembali pada pribadi masing-masing. Karena setiap pilihan yang kita ambil, itu pasti ada konsekwensinya masing-masing,” tambahnya. (Herman E. Degei)




  

Unknown

Tidak ada komentar :

Posting Komentar