Diskusi Seputar Ajaran-ajaran Sosial Gereja (ASG)



Hasil Diskusi
Forum Komunikasi Pelajar dan Mahasiswa Katolik Tanah Papua
di Daerah Istimewa Yogyakarta (FKPMKP DIY)

Topik  Diskusi: Dokumen-dokumen Ajaran Sosial Gereja (ASG).
Pembicara/Pemandu: Geofani Inge Aria.
Notulen: Biro Pendidikan dan Pengkaderan FKPMKP DIY.
Hari/tanggal: Sabtu, 14 Mei 2016.
Tempat: Kantin Realino, Universitas Sanata Darma, Yogyakarta.
Waktu: 15.30 s/d 17.00 WIB

Pokok-pokok Pembicaraan:
1.      Latar belakang dan proses terbentuknya  dan tanggapan mengenai ASG
2.      Sepintas tentang Dokumen-dokumen Ajaran Sosial Gereja (ASG)
3.      Tekanan-tekanan yang diberikan melalui  Ensiklik Paus sesuai perkembangan  zaman
4.      Sikap dan prinsip sebagai  FKPMKP  berdasarkan ASG

Ringkasan Hasil Diskusi “Ajaran Sosial Gereja” [RERUM NOVARUM (Kondisi Kerja) Ensiklik Paus Leo XIII, Tahun 1891, QUADRAGESIMO ANNO (Sesudah 40 tahun) Ensiklik Paus Pius XI, Tahun 1931, MATER ET MAGISTRA (Kristianitas dan Kemajuan Gereja) Ensiklik Paus Yohanes XXIII, Tahun 1961, PACEM IN TERRIS (Damai di Bumi) Ensiklik Paus Yohanes XIII, Tahun 1963, GAUDIUM ET SPES (Gereja di Dunia Modern) Dokumen Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II, Tahun 1965, POPULORUM PROGRESSIO (Kemajuan Bangsa-bangsa), Ensiklik Paus Paulus VI, Tahun 1967, 7) OCTOGESIMA ADVENIENS (Panggilan untuk Bertindak) Surat Apostolik Paus Paulus VI, Tahun 1971, CONVENIENTES EX UNIVERSO (Berhimpun dari Seluruh Dunia) atau lebih tepat dikenal JUSTICIA IN MUNDO (JUSTICE IN THE WORLD/Keadilan di dunia), Sinode para Uskup di dunia, Tahun 1971, EVANGELII NUNTIANDI (Evangelisasi di Dunia Modern), Anjuran apostolik Paus Paulus VI, Tahun 1975, EDEMPTOR HOMINIS (Sang Penebus Manusia), Ensiklik Pertama Yohanes Paulus II, Tahun 1979, LABOREM EXCERCENS (Kerja Manusia), Ensiklik kedua Paus Yohanes Paulus II, Tahun 1979, SOLLICITUDO REI SOCIALIS (Keprihatinan Sosial), Ensiklik Ketiga Paus Yohanes Paulus II, Tahun 1987, CENTESIMUS ANNUS (Tahun ke Seratus) Ensiklik Keempat Yohanes Paulus II, Tahun 1991The Participation of Catholics in Political life (Dokumen yang dikeluarkan oleh Kongregasi Suci untuk Ajaran Iman) Tahun 2002]



Doktrin/ajaran yang diajarkan oleh para Paus, selaku penerus Rasul Petrus, yang diteruskan melalui Ensiklik-ensiklik kepada para uskup ini garis besarnya terarah pada pentingnya partisipasi umat Katolik pada kehidupan sosial, juga mengetahui bagaimana tanggapan gereja atas realitas dunia tempat gereja hidup.
Prinsipnya Gereja mengupayakan untuk  pemulihan ekonomi dan tatanan sosial serta pembahasan sosialisme dan tentu saja kapitalisme; langkah-langkah Gereja dalam mengatasi kemiskinan struktural. Menampilkan tanggapan Gereja atas isu-isu keadilan dan pembelaan atas martabat manusia pada umumnya.
Muatan ajaran yang ditujukan tidak hanya bagi kalangan Gereja Katolik tetapi seluruh bangsa manusia pada umumnya. Gereja Katolik didesak untuk berpartisipasi secara aktif dalam memajukan tata dunia yang adil untuk mewujudkan suatu perubahan dalam tata hidup masyarakat, martabat pribadi manusia; ateisme sistematis dan ateisme praktis; aktivitas hidup manusia; hubungan timbal balik antara Gereja dan dunia serta menciptakan perdamaian dan persekutuan antar sesama.
Gereja mendorong umatnya untuk bertindak ambil bagian secara aktif dalam masalah-masalah politik dan mendesak untuk memperjuangkan nilai-nilai/semangat injili.Memperjuangkan keadilan sosial, karena keadilan merupakan dimensi konstitutif pewartaan Injil.
Kemudian  dalam ASG pada Ensiklik kedua Paus Yohanes Paulus IITahun1979- ini mengkritik tajam komunisme dan kapitalisme sekaligus sebagai yang memperlakukan manusia sebagai alat produktivitas. Manusia cuma sebagai instrumen penghasil kemajuan dan perkembangan.Ensiklik ini menengtang para kaum Kapitalisme karena manusia berhak untuk hidup secara lebih manusiawi dengan kerjanya.

Setelah FKPMKP DIY mengadakan diskusi untuk membahas sebuah topik tentang Dokumen  Ajaran Sosial Gereja (ASG). Selain itu juga untuk memahami secara pintas tentang  pokok - pokok  ASG yng dibahas dalam artikel-artikel tersebut. Juga untuk melihat bagaimana tanggapan gereja atas realitas dunia tempat gereja hidup, serta untuk mengerti bagaimana posisi gereja (kita sebagai anggota gereja) di tengah perkembangan dunia.
Tujuan diadakan diskusi ini untuk memperluas  wawasan kita sebagai kaum muda Papua pada umumnya dan khusnya anggota tergabung dalam FKPMKP.  Melalui pembahasan artikel yang terdapat dalam dokumen ASG.
Anggota FKPMKP juga mencoba  mengaplikasikan penghayatannya dalam konteks realitas hidup, sebagai anggota gereja katolik dari Tanah Papua. Mengerti  peran kita sebagai bagian dari gereja dalam proses transformasi dunia saat  ini.
ASG sebagai dokumen resmi gereja Katolik. Melalui ASG ini, membantu kita sebagai anggota Gereja untuk menunjukkan arah, petunjuk dan  jalan bagaimana kita harusnya menjadi muda Katolik asal Tanah Papua yang sesungguhnya. Tentu saja ASG adalah pelengkap (karena berasal dari hirarki Gereja Katolik –Paus, dst sampai katekis/pewarta) dan dari ajaran Tuhan sendiri dalam Alkitab.
ASG tersebut dengan penjelasan inti dari isi, berdasarkan tema-tema pokoknya, dalam konteks zaman ke zaman hingga kini. Rangkuman hasil diskusi yang bertajuk “Sepintas tentang artikel yang terdapat dalam dokumen ASG  ini dirangkum  oleh Biro Pendidikan BPH FKPMKP setelah dirangkum dari berbagai pendapat yang dikemukakan oleh para peserta diskusi.

Tanggapan-tanggapan  setelah baca ASG
ASG itu sendiri terarah pada  humanis. Mendambakan  dan memperjuangkan terwujudnya kelangsungan  hidup yang lebih baik, berdasarkan atas prikemanusiaan. ASG menganut paham yang menggangap manusia sebagai objek terpenting, “humanisme”. Amanat Paus pemimpintertinggi geraja katolik Roma-  melalui “Ensiklik” surat edaran atau pesan tertulis  dari Paus kepada semua uskup yang sifatnya umum. Yang berisi masalah penting di bidang keagamaan atau bidang  Sosial, “Rerum  Novarum,”  edaran Paus Leo XIII tentang kedudukan buruh dan majikan.
ASG lebih kepada kritikan demi pembaruan hidup umat manusia. ASG  dikeluarkan setelah adanya masalah. Gereja melihat banyak persoalan- persoalan yang marak terjadi di kalangan umat Allah. Dari Ensiklik Paus bertujuan untuk menjaga kelangsungan hidup manusia di muka bumi ini.
Perkembangan yang berkelanjutan, Penyataan tertulis (Ensiklik) yang dikeluarkan sesuai dengan kondisi kepemimpinan Paus saat itu, sejak zaman peradaban mereka, untuk melindungi kelangsungan hidup masyarakat pada umumnya. Dimana saat itu terjadi  banyak ketidakadilan terhadap buruh/rakyat, seperti komunisme, marxis-komunis.

Bagaimana tanggapan gereja terhadap realita kehidupan, secara kekatolikan umum?
Lingkungan gereja, ASG surat perintah dari Paus itu diteruskan melalui hirarki gereja, kemudian diteruskan kepada umat melalui ibadah dan kegiatan lainnya. Sehingga ASG ini harus menjadikan sebuah materi yang harus diketahui kepada umat. Bila perlu para pastor menajdi  pemberi materi akan hal ini.
Sementara itu, Gereja menilai kalau dunia sedang  haus akan keadialan dan perdamaian. Sehingga sesuai hierarki gereja Katolik melalui ensiklik mengikuti perkembangan dan harus diperbaharui. Karena zaman meminta untuk berubah.
Kemudian ASG, sebuah dokumen yang dibuat oleh gereja untuk mempublikasikan persoalan-persoalan yang terus terjadi. Sehingga kita mensosialisasikan kepada umat secara universal melalui hierarki Gereja katolik.  Seperti yang dipaparkan dalam ensiiklik Paus Leo XIII,  (Sosial Rerum  Novarum) dikeluarkan  karena adanya kemiskinan melebihi kebahagiaan.

Apa yang gereja harapkan dari kita sebagai anggota gereja/ umat Katolik? Bagaimana hubungan antara tanggapan kita dengan ajaran paling utama Tuhan Yesus, yakni “Hukum Cinta Kasih” (yang menyempurnakan “Hukum Taurat”).
Hidup Damai. Ajaran yang paling utama, hadir Hadirnya Yesus Kristus. Datang mengdobrak tatanan yang kurang bagus, seperti Hukum Taurat pun dapat diperbaharui.

Pada dasarnya, hidup adalah sebuah misteri yang harus dipecahkan, bukan masalah yang harus diselesaikan. Manusia  memang takut akan menderita. Manusia lebih suka untuk hidup bahagia, jauh dari kesan menderita. Tetapi, bagaimana bilah manusia lain membatasi kelangsungan hidup manusia lain? Ini menjadi sebuah masalah yang serius dan tidak boleh diam. Sehingga dalam konteks seperti itu, umat katolik diwajibkan untuk membelah sesama yang benar sesuai dengan ajaran Gereja.
Kondisi umat katolik yang dihadapkan dengan persoalan-persoalan yang sangat sulit dalam penerapan masuknya paham-paham maxisme, komunis, tidak berpikir bahwa ajaran gereja juga perlu untuk membimbing manusia lainnya.
Yesus hadir untuk membebaskan dan menghapus dosa umat manusia, rela mengorbankan nyawanya demi umat yang dicintainya.Perlu memahami Kisah sengsara kristus.
Sementara itu, Gereja mengharapkan keterlibatan kita dengan melakukan  hal-hal yang dianggap kecil, misalnya: Menghargai sesama, mengormati kepada yang tua dll.

Bagaimana posisi gereja Katolik melihat Peperangan, kelaparan, kemiskinan, penderitaan, penjajahan, ketidakadilan, kemelaratan?Apa maksud “Gereja harus terlibat aktif dan tidak pasif” dalam konteks realitas dunia di atas? Bagaimana kita anggota FKPMKP memandangnya untuk konteks Papua?
Posisi Gereja katolik, anggota FKPMKP DIY untuk menjawab  Apa maksud “Gereja harus terlibat aktif dan tidak pasif” dalam melihat Peperangan, kelaparan, kemiskinan, penderitaan, penjajahan, ketidakadilan, kemelaratan. Dalam realitas ini  FKPMKP memandang untuk konteks Papua.
Kekerasan dan kejahatan yang terus terjadi di Tanah Papua, semakin menguatkan stigma bahwa pulau di timur Indonesia itu penuh kontradiksi.Wajah  alam pegunungan dan lembah yang asri dan damai, dengan sumber daya alamnya yang melimpah tetapi Keserakahan perusahaan-perusahaan besar telah menguras sumber daya alam di Tanah Papua, itulah yang menjadi sumber kekerasahan dan kejahatan yang terus terjadi. Hal ini berlanjut terus dan diketahui sampai kapan akan berakhir.
Kekerasan dan kejahatan tersebut seolah-olah  melenyapkan daya tarik Papua yang serba eksotisitas alam dan masyarakatnya menjadi perpaduan yang menarik antara budaya dan peradaban modern ini.

Bagaimana kita mengelaborasi persoalan Papua dalam pertaliannya dengan kekerasan yang terus terjadi. Untuk mengelaborasinya, ada berbagai perspektif, dimensi, konteks dan sejarah. Di awal pembahasan kita telah  mengetahui, mengapa ada ASG.  ASG melalui konsiklik Paus diedarkan karena melihat persoalan-persoalan pada zamannya. Sehingga ASG ini diterbitkan mengikuti perkembangan  zaman. Di Papua  saat ini mengukir soal-soal yang sangat menyolok,  hidup manusia ditentukan oleh realitas tata politik; aneka persoalan kemunduran sosial seringkali ditandai dengan kebangkrutan politik dalam hidup bersama; soal-soal yang menyangkut kebebasan hak untuk hidup dan kebebasan, berpendapat pun terus dibungkam. Perkembangan dalam budayanya juga menjadi perkara yang dominan pada periode sekarang ini. Juga peperangan, kelaparan, kemiskinan, penderitaan, penjajahan, ketidakadilan, kemelaratan. Secara umum Papua dinobatkan dalam persoalan yang sangat rumit untuk diselesaikan .Ini terjadi saat ini di Papua.
Persoalan-persoalan di Papua terlalu kompleks. Baik itu pendidikan, kesehatan, ekonomi dan sosial serta persoalan politik yang berkepanjangan sampai saat ini yang tak kunjung selesai. Ditinjau dari sisi persoalan, agak sulit untuk mendobrak tatanan sistem yang tidak menjamin kesejahteraan ekonomi-sosial pada masyarakat Papua umumnya.
Dalam persoalan seperti ini Gereja harus terilibat aktif dalam melihat masalah-masalah yang terjadi. Didalam gereja masih banyak  ajaran-ajaran yang bertentangan, padahal ASG menekankan dan mengajarkan tentang humanis. Lebih tentang budaya budaya harus ditingkatkan dan dihormati. Karena salah satu institusi yang secara tradisional memiliki kedekatan emosional dengan rakyat Papua  adalah institusi gereja.
Gereja di Papua,  selain lembaga- lembaga swadaya masyarakat menanggapi terhadap berbagai pelanggaran HAM berat yang terjadi i Papua. Gereja katolik bersama rakyat Papua harus berjuang demi tegaknya hak asasi manusia di Papua  sesuai dasar-dasar yang diajarkan didalam  ASG.
Walaupun pada kenyataannya masalah di Papua sangat rumit, tetapi jikalau mereka (pemimpin gereja) menjalankan tugas berdasarkan ASG , bisa saja, tetapi akan rumit. Pola yang sama itu boleh kita gunakan, dunia dan realita, bagaimana pemimpin Gereja memandang ASG  itu sebagai apa dan bagaimana menerapkannya di Papua terhadap orang Papua. ASG menekankan kalau umat katolik tidak boleh pasif dalam mengambil bangian  dalam membangun, memelihara kelangsungan hidup agar setara untuk menjamin sosialisme dalam berkehidupan bermasyarakat.

Lain sisi, di Papua saat ini, uang diposisikan menjadi urutan pertama dibanding agama (Tuhan). Banyak yang terbalik penerapannya.

Setelah membaca ringkasan ASG di atas, menurutmu, mulai hari ini, bagaimana posisi FKPMKP seharusnya?Apa yang harusnya dilakukan FKPMKP dan atau anggota FKPMKP?
Melihat semua persoalan-persoalan di Papua, FKPMKP diwajibakn untuk lebih banyak duduk untuk diskusi. Perlu juga ada wadah-wadah “forum diskusi” lain untuk mendominasi lebih ke Papua. Bagaimana dengan kita (FKPMKP), melihat nasib sesama lebih kepada Indonesia bagian timur yakni Papua.
Bagaimana supaya menaggapi  ASG  dan bagaimana penerapannya, melakukan diskusi terbuka, kita jangan berhenti pada saat ini tetapi kita mencari sumber manapaun untuk melihat dan memahami kontek realita hidup yang sedang dibawa kepada persoalan yang berkepanjangan ini.  Apa referensi yang kita peroleh  dari berbagai sumber,   terlebih pada apa yang telah kita bahas tentang  dokumen ASG. Boleh kita  jadikan sebagai pegangan dan  landasan teori untuk menjadikan modal penegetahuan kita terhadap persoalan-persoalan Papua. Dengan ini tentu saja kita dapat melakukan hal yang lebih baik untuk Papua.
Proses kita untuk melihat semua itu mulai dari kita sendiri, dalam berbagai masalah yang terjadi. Untuk mewujudakan itu, kita memulai dari hal-hal kecil, misalnya menghargai sesama, menempati waktu.Yang dianggap sepele. Mulai dari hal-hal kecil ini kita bisa lakukan yang hal paling besar untuk mengungkit persoalan.


Penutup
Berdasarkan tanggapan-tanggapan yang dihasilkan oleh peserta diskusi, untuk menaggapi ASG ini berdasarkan pemahan-pemahan tersendiri yang muncul setelah membaca   dokumen-dokumen ASG yang dirangkum oleh pemateri. Dalam hal ini, yang menyiapkan materinya dari Biro Pendidikan FKPMKP  Untuk memudahkan anggota FKPMKP  dalam memahami ASG.
Kami juga menyadari bahwa  rangkuman dari semua pendapat-pendapat dari peserta diskusi ini terlalu ringkas pemahaman-pemahaman terkait ASG  terbatas. Sehingga diwajibkan kepada peserta maupun mahasiswa katolik pada umumnya agar  mencari informasi seputar ASG melalui internet (warnet), buka-buku, dokumen, pelajaran Agama dll. Supaya kita dapat mengetahui, memahami, dan akhirnya mampu menghayati kekatolikan kita dalam realitas hidup kita saat ini di DIY sebagai kota studi, dan realitas di Papua sebagai tanah air kita.
Berbicara mengenai ajaran gereja yang ditransformasi terus-menerus melalui ensilklik- ensilklik yang termuat dalam paparan terlalu luas. Forum akhirnya memutuskan akan mengutip  satu-persatu artikel dalam ASG itu sendiri untuk dijadikan pokok pembahasan pada diskusi-diskusi kedepan, dengan catatan: sebelum memahami isi tentang dokumen-dokumen  ASG, terlebih dahulu, harus membaca pengatar tentang ASG agar terarah pada tujuan ASG itu dikeluarkan.


Yogyakarta, 21 Mei 2016
Biro Pendidikan dan Pengkaderan  FKPMKP  DIY


Unknown

Tidak ada komentar :

Posting Komentar