![]() |
St. Thomas Aquinas. (Foto: Ist). |
Sejarah perkembangan filsafat barat merupakan hal yang
menarik untuk dikaji. Terdapat banyak teori atau aliran filsafat yang mewarnai
dunia pengetahuan barat yang kini dikenal sebagai negara-negara maju. Kemajuan
perkembangan pengetahuan mesyarakat negara-negara tersebut tidak
sepenuhnya lepas dari perkembangan filsafat yang melatarbelakanginya.
Perkembangan filsafat-filsafat yang ada dan terjadi memberikan corak warna pada
kehidupan masyarakat di dunia.
Seiring perkembangan zaman, paradigma berfikir massyarakat
barat modern lebih banyak dipengaruhi oleh aliran logis, yaitu filsafat
Positivisme Logis. Filsafat ini mengajarkan bahwa hanya daya panca indera
manusialah yang mampu mengubah kehidupan masyarakat dunia menjadi lebih maju,
dalam hal ini masyarakat menjadi maju pesat dalam bidang pengetahuan.
Sebelum filsafat Positivisme Logis menjiwai masyarakat
barat, lahir pemikiran atau filsafat yang disampaikan oleh filsuf termasyhur
bernama Santo Thomas Aquinas. Aliran filsafatnya bertentangan dengan filsafat
barat yang menentang metafisika. Karena dilahirkan di Italia dan pernah
menempuh studi di Universitas Paris, pemikiran Thomas Aquinas juga diperngaruhi
oleh pemikiran muslim, meskipun beliau adalah seorang Khatolik yang taat.
Thomas Aquinas merupakan filsuf dan teolog yang teguh
pendiriannya. Ketika para ilmuwan Barat menentang teori-teori filsafatnya
dengan gencar, beliau tettap kokoh mempaertahankan prinsip-prinsip yang
mengakui adanya kekuatan Allah yang tidak sama dengan para makhluk-Nya. Beliau
memberikan pencerahan tentang etika, dan membedakan antara pengetahuan dan
keimanan manusia.
Biografi Thomas Aquinas
St. Thomas Aquinas, salah satu tokoh filsafat barat pada
abad pertengahan, dilahirkan di Lombardy, Rossa Sicca, daerah di kerajaan
Napels, Italia pada tahun 1225 M (ada sumber yang menyebutkan pada tahun 1224
M). Dia berasal dari keluarga keturunan bangsawan, Kaisar Frederick I dan Henry
VI. Thomas Aquinas terlahir dari pasangan Pangeran Landulf, keturunan Aquino
dan Theodora, seorang Countest of Teano. Keluarganya merupakan penganut
agama Khatolik yang taat. Latar belakang ini ikut menentukan latar belakang pendidikan
dan tujuan hidupnya.
Thomas Aquinas yang juga dikenal dengan nama Italia yaitu
Thomaso d’Aquino, ketika berumur lima tahun (sekitar tahun 1257), Thomass
Aquinas mulai belajar di Biara Benedictus di Monte Cassino hingga dia berusia
lima belas tahun. Setelah selama sepuluh tahun belajar di Monte Casssino
sebagai pendidikan dasar guna menjadi seorang biarawan, dia melanjutkan
memperdalam ilmu bahasa di negara lain dengan beralih menjadi seorang Ordo
Dominikan. Hal ini pada mulanya ditentang oleh keluarganya yang merupakan
penganut Khatolik yang taat, namun tekat bulatnya pada akhirnya mampu
meluluhkan hati kedua orang tuanya sehingga dia mendapatkan restu dari keduanya
dan ressmi menjadi salah seorang anggota Ordo Dominikan tepat pada tahun 1245.
Pada mulanya dia belajar di Napels, tepatnya di Universitas
Frederick II Nepal selama enam tahun, kemudian melanjutkan pendidikannya di
Paris dibawah bimbingan seorang Aristotelian termasyhur bernama Albertus Agung.
Dari beliau, St. Thomas Aquinas mendapatkan teori-teori filsafat Aristoteles.
Ketekunannya dalam mempelajari ilmu selama menempuh
pendidikan membawanya menjadi seorang Doktor dalam bidang teologi dari
Universitas Paris. Dia kemudian mendapat kepercayaan untuk mengajar disana
sampai dengan tahun 1259 M. Selanjutnya dia aktif menjadi biarawan di beberapa
biara Dominican, Roma, Italia selama kurang lebih sepuluh tahun atau hingga
sekitar tahun 1269 M.
Semasa hidupnya, Thomas Aquinas berjasa dalam memberi kuliah
bidang filsafat dan teologi beberapa kota yang ada di Italia, yaitu kota
Anangi, Orvetio, Roma, dan Vitebro. Selanjutnya, dia kembali ke Paris selama
tiga tahun sebelum dia dipanggil ke Naples guna mengemban tugas yang sama dan
peran tambahan sebagai pendiri sekolah Dominican disana pada tahun 1272 M.
St. Thomas Aquinas, seorang teolog yang terkenall pada era
abad pertengahan, meninggal dunia ketika berusia sekitar lima puluh tahun,
tepatnya pada tanggal 7 Maret 1274 M. Pemikirannya tidak lenyap seiring dengan
kepergiannya dari dunia fana, tetapi tetap melegenda dan senantiasa massih
digunakan sebagai rujukan bahkan pada masa kini, ketika penulis makalah ini
menyusun karya tulis (makalah) ini.
Pemikiran Thomas Aquinas
Thomas Aquinas, seorang filsuf dan teolog barat termasyhur
pada masa abad pertengahan. Pemikirannya merupakan tidak lepas dari pengaruh
dua orang filosof besar, Agustinus dan Aristoteles dapat mengguncang Eropa.
Pada masanya, pemikiran yang dicetuskan oleh Thomas Aquinas, yang membangun
keharmonisan antara agama dan akal membawa pengaruh yang sangat kuat di jajaran
masyarakat Eropa. Pemikiran-pemikiran Thomas Aquinas yaitu filsafat thomisme,
Essentia dan Exentia, Argumen Kosmologi, filsafat tentang penciptaan, filsafat
tentang makhluk murni, filsafat jiwa, dan Etika Teologis.
Berikut ini adalah rincian pemikiran St.Thomas Aquinas:
Thomisme adalah aliran filsafat yang dicetuskan sebagai
hasil pemikiran St.Thomas Aquinas, seorang imam Khatolik yang saleh. Kata
”thomisme” berasal dari Summa Theologica, salah satu dokumen paling berpengaruh
dalam filsafat abad pertengahan dan terus dipelajari oleh generasi penerus,
bahkan generasi sekarang. Dalam ensiklopedi Angelici Doctoris, Paus St Pius X
mengingatkan bahwa ajaran-ajaran Gereja tidak bisa dipahami secara ilmiah tanpa
dasar-dasar filosofis dasar utama tesis ‘Thomas.
St Thomas Aquinas percaya bahwa kebenaran adalah benar
dimana pun ditemukan, seperti juga para filsuf Yunani , Romawi , Yahudi , dan
Muslim. Secara khusus, ia adalah seorang realis. Dia mengakui bahwa dunia dapat
diketahui seperti apa adanya. St Thomas Aquinas menganut faham terminologi dan
metafisika Aristoteles. Filsafat Thomismenya ini menekankan pada pengertian
materi dan bentuk, potensi dan aktus, serta bakat dan perealisasiannya.
Filsafat ini mempunyai tujuan untuk menciptakan kedamaian Yunani dan Nasrani
dalam hal filsafat sekuler.
Thomas mengikuti pemahaman Aristoteles, merujuk kepadanya
sebagai “Filsuf”. St. Thomas Aquinas juga mengikuti beberapa prinsip neoplato,
seperti ketika dia mengatakan bahwa “adalah mutlak benar bahwa ada sesuatu yang
pertama yang pada dasarnya ada dan pada dasarnya baik , yang kita sebut Allah,
… [dan bahwa segala sesuatu] bisa disebut baik dan ada, sejauh ia
berpartisipasi di dalamnya dengan cara suatu asimilasi tertentu …”
2.
Essentia dan Exentia
Ajaran Thomas Aquinas yang dikenal dengan sebutan Essentia
dan Exentia ini. Essentia mengajarkan hakikat Tuhan, sedangkan esentia mengajarkan
keberadaan Tuhan. Menurut filsafat ini, Tuhan adalah sempurna keberadaannya dan
tidak berkembang.Dalam ajaran ini, essensi dan esketia tentang Tuhan adalah ada
dan satu.Filsafat ini membedakan Tuhan dengan makhluk ciptaan-Nya, dimana Tuhan
ada satu, sedangkan makluknya tidak bersifat satu. Menurut Thomas, Allah
(Tuhan) merupakan aktus paling umum yang disebut dengan actus purus(aktus
murni), dimana Tuhan dinyatakan nyata adanya dan bersifat tunggal (Esa).
3.
Argumen Kosmologi
Ajaran atau filsafat Thomas Aquinas yang ketiga adalah
argumen kosmologi dan biasa disebut teologi naturalis. Dalam kosmologi, Thomas
Aquinas berpendapat bahwa manusia dapat mengenal Allah melalui akal yang mereka
miliki, meskipun pengetahuan tentang Allah yang mereka peroleh dengan akal
terrsebut tidak jelas dan menyelamatkan. Dengan akal yang mereka miliki,
manusia sebagai makhluk Tuhan (Allah) dapat mengetahui bahwa Allah itu ada
dengan sifat-sifat yang dimiliki-Nya.
St. Thomas Aquinas menyampaikan lima bukti adanya Tuhan
sebagaimana rincian berikut:
Adanya gerak di dunia mengharuskan kita menerima bahwa ada
penggerak pertama yaitu Allah. Menurut Thomas apa yang bergerak tentu
digerakkan oleh sesuatu yang lain. Gerak menggerakkan ini tidak dapat berjalan
tanpa batas. Maka harus ada penggerak pertama. Penggerak pertama ini adalah
Allah.
Di dalam dunia yang diamati terdapat suatu tertib
sebab-sebab yang membawa hasil atau yang berdaya guna. Tidak pernah ada sesuatu
yang diamati yang menjadi sebab yang menghasilkan dirinya sendiri. Oleh karena
itu, maka harus ada sebab berdaya guna yang pertama, inilah Allah.
Di dalam alam semesta terdapat hal-hal yang mungkin ada dan
tidak ada. Oleh karena semuanya itu tidak berada sendiri tetapi diadakan, dan
oleh karena semuanya itu dapat rusak, maka ada kemungkinan semua itu ada, atau
semuanya itu tidak ada. Jika segala sesuatu hanya mewujudkan kemunginan saja,
tentu harus ada sesuatu yang adanya mewujudkan suatu keharusan. Padahal sesuatu
yang adanya adalah suatu keharusan, adanya itu disebabkan oleh sesuatu yang
lain, sebab-sebab itu tak mugkin ditarik hingga tiada batasnya. Oleh karena
itu, harus ada sesuatu yang perlu mutlak, yang tak disebabkan oleh sesuatu yang
lain, inilah Allah.
Diantara segala yang ada terdapat ha-hal yag lebih atau
kurang baik, lebih atau kurang benar dan lain sebagainya. Apa yang lebih baik
adalah apa yang lebih mendekati apa yang terbaik. Jadi jikalau ada yang kurang
baik, yang baik dan yang lebih baik, semuanya mengharuskan adanya yang terbaik.
Dari semuanya dapat disimpulkan bahwa harus ada sesuatu yang menjadi sebab
daris segala yang baik, segala yang benar, segala yang mulia. Yang menyebabkan
semuanya itu adalah Allah.
Kita menyaksikan, bahwa segala sesuatu yang tidak berakal
seperti umpamanya tubuh alamiah, berbuat menuju pada akhirnya. Dari situ tampak
jelas, bahwa tidak hanya kebetulan saja semuanya itu mencapai akhirnya, tapi
memang dibuat begitu. Maka apa yang tidak berakal tidak mungkin bergerak menuju
akhirnya, jikalau tidak diarahkan oleh suatu tokoh yang berakal,
berpengetahuan. Inilah Allah.
Dari kelima bukti di ats, kita dapat mengetahui bahwa ada
suatu tokoh yang menyebabkan adanya segala sesuatu, tokoh/actus yang berada
karena diriNya sendiri, yaitu Tuhan (Allah), tetapi semua itu tidak dapat
membuktikan hakikat Allah yang sebenarnya kepada manusia. Para insan tahu
sebatas bahwa Allah ada tanpa mengetahui wujud riil-Nya. Namun, pada dasarnya
para manusia memang memiliki beberapa pengetahuan filsafat tentang Allah.
Berpijak pada keyakinan dan kenyatan bahwa manusia mempunyai
kelebihan yang membedakan mereka dengan makhluk lain, yaitu akal, St. Thomas
Aquinas berpendapat bahwa terdapat tiga cara yang dapat ditempuh manusia untuk
mengenal Tuhannya. Ketiga cara tersebut adalah sebagai berikut:
Segala makhluk sekadar mendapat bagian dari keadaan Allah.
Hal ini mengakibatkan, bahwa segala yang secara positif baik pada para makhluk
dapat dikenakan juga kepada Allah (via positiva).
Via Negativa, merupakan kebalikan dari teori pertama.
Disebabkan oleh adanya analogi keadaan yaitu segala yang ada pada makhluk tentu
tidak ada pada Allah dengan cara yang sama.
Jadi ada yang baik pada makhluk tentu berada pada Allah
dengan cara yang jauh melebihi keadaan pada para makhluk itu (via iminentiae).
4.
Penciptaan
Pemikiran filsafat Thomas Aquinas yang tidak kalah penting
dari yang lain adalah filsafat tentang teori penciptaan.Filsafat ini tidak
lepas dari ajaran tentang partisipasi, dasar yang dia terima dari
Agustinus-Neoplatonisme. Namun demikian terdapat perbedaan yang mendasar antara
pemikiran kedua tokoh tersebut. Ajaran Neoplatonisme menekankan emansipasi
makhluk, sedangkan ajaran Thomas Aquinas menekankan pada kelebihan Allah, yaitu
murni karya penciptaan Allah yang menyebabkan keberadaan dunia seisinya.
Penciptaan merupakan perbuatan Allah secara kontinu dan
berkelanjutan. Adapun makluk-makhluk dan benda-benda ciptaan-Nya bersifat fana.
Dari kekekalan, Allah menciptakan jagat raya dan waktu. Penciptaan yang terjadi
secara kontinu untuk menciptakan para makhluk untuk dipelihara. Dengan
demuikian tidak ada dualisme Allah dan para makhluk-Nya, seperti manusia dan
alam semesta.
Menurut ajaran ini, Allah menciptakan dati ”yang tiada” yang
biasa disebut ex nihilo. Mengutip bahasa Al-Qur’an, Allah (Islam) bersifat Maha
Menciptakan, melalui kun fayakun Nya, Dia (Allah) berkuasa penuh atas perwujudan
makhluk yang Dia ciptakan
5.
Makhluk murni
Dalam teori filsafat ini, para malaikat yang merupakan
makhluk rohani yang murni juga tersusun dari essentia dan exentia.
Malaikat-malaikat itu berwujud roh (essentia/hakikat) dan bereksitensi. Hakikat
dan eksisitensi para malaikat membedakan mereka dengan makhluk-makhluk lain seperti
manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, dan benda-benda mati. Karena para malaikat
tidak mempunyai potensi untuk berkembang sebagaimana makhluk hidup ciptaan
Allah yang lain, mereka tidak mempunyai susunan materi, bentuk, potensi dan
aktus, para malaikat tidak memiliki jasad, hanya ruhlah yang menjadi essentia
(hakikat) mereka.
6.
Jiwa
Pada bahasan teori filsafat tentang makhluk murni menekankan
pada hakikat dan eksistensi para malaikat, sementara pada filsafat Jiwa, hal
yang ditekankan adalah hakikat dan eksistensi manusia. Menurut teori ini,
manusia adalah makhluk yang berdiri sendiri dan tersusun atas bentuk dan
materi. Manusia memiliki jiwa atau ruh dengan tubuh/jasad sebagai bentuknya.
Menurut Thomas Aquinas, jiwa dan jasad tidak dapat dipisahkan,
mereka saling berhubungan. Jiwa bukanlah hal yang berdiri sebagai individu
melainkan merupakan daya gerak yang memberikan wujud kepada tubuh sebagai
materi. Sehingga, manusia memiliki dua hal yang menyatu sebagai pembentuk diri,
yaitu pembentuk jassmani dan rohani mereka. Jiwalah yang menjadi kekuatan
ruhani manusia, yang menyatu dalam jasad manusia dan memiliki lima
daya/kekuatan sebagai berikut:
Daya jiwa vegetatif, yaitu hal yang berkaitan dengan
penggantian zat dan pembiakan.
Daya jiwa yang sensitif, yaitu yang berkaitan dengan
keinginan. Jiwa mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi arah keinginan manusia.
Daya jiwa yang menggerakkan. Jasad para makluk, termassuk
manusia dapat tergerak untuk hal-hal tertentu karena pengaruh jiwa.
Daya jiwa untuk berfikir. Dengan adanya jiwa, manusia
terdorong untuk berfikir, menentukan tata cara melakukan dan mewujudkan
perubahan.
Daya jiwa untuk mengenal. Proses identifikasi yang dilakukan
manusia terhadap hal yang ada dan terjadi di sekeliling mereka dipengaruhi oleh
jiwa dan kekuatannya. Dengan jiwa pula manusia dapat mengenal Tuhan.
7.
Etika Teologis
Tidak terlepas dari hubungan dan kehidupan manusia, filsafat
etila teologis yang disampaikan oleh Santo Thomas Aquinas ini mengajarkan
tentang moral. Etika mencakup moral yang diberlakukan bagi manusia sebagai
individu maupun kelompok/masyarakat, menurut ajaran ini merupakan cahaya yang
diturunkan oleh Allah dari cahaya manusia atau diturunkan dari tabiat manusia
sebagai makhluk sosial yang hidup dalam lingkungan masyarakat. Menurut Thomas
Aquinas tindakan yang mengerakkan manusia kepada tujuan akhir berkaitan dengan
kegiatan manusiawi bukan dengan kegiatan manusia. Perintah moral yang paling
dasar adalah melakukan yang baik, menghindari yang jahat.
Berbeda dengan khalayak pada era kehidupannya, St. Thomas
Aquinas menganut pola pikir dan metode induktif. Dia menyesuaikan etika dengan
kenyataan hidup. Etikanya bersifat teologis, etika yang berkaitan dengan
keimanan kepada Allah sebagai Sang Pencipta. Namun demikian, etika teologis
yang dia sampaikan tidak membuat ciri khas filosofis bahwa etika mempunyai kecenderungan
untuk mengarahkan manusia menemukan garis hidup dan akalnya lenyap begitu saja.
Realisaasinya adalah mewujudkan tujuan paling akhir dari kehidupan manusia
yaitu secara perorangan manusia meyakini Allah dan secara sosial masyarakat,
manusia harus diatur sesuai dengan tuntutan tabiat manusia untuk dapat saling
membantu sesama manusia dalam mengendalikan nafsu yang tidak lepas dari diri
dan jiwa mereka.
Menurut St. Thomas Aquinas, pada dasarnya semua nafsu adalah
baik. Yang manjadikan wujud kejahatan pada nafsu-nafsu tersebut adalah ketika
nafsu-nafsu tersebut melanggar wilayah masing-masing dantidak mendukung akal
serta kehendak. Kejahatan selalua ada selama kebaikan masih ada. Nafsu dapat
dikendalikan melalui akal yang merupakan pencerminan dari akal Illahi, akal
yang mendasari kehidupan yang berpijak dan beriman kepada Allah sehingga akal
tersebut dapat menghasilkan kebajikan.
Pandangan St.Thomas Aquinas mengenai peraturan menunjukkkan
kelebihan etika filsafat yang dia sampaikan dibandingkan dengan etika teolog
yang lain.
Penutup
Menurut sejarah perkembangan dunia dan pengetahuan, pada
masa abad pertengahan merupakan masa dimana perkembangan pengetahuan di belahan
dunia barat tidak berkembang secara baik. Pada masa itu, pengetahuan menglami
masa suram. Dalam keadaan seperti ini, St. Thomass Aquinas terlahir sebagai
pencerah. Beliau menyumbangkan buah pikirannya berupa filsafat teologi yang
diyakini dan digunakan sebagai rujukan pengembangan pengetahuan filsafat hingga
kini.
Filsafat-filsafatnya banyak didasari oleh prinsip-prinsip
dan teori Aristotelisme (prinsip-prinsip yang dicetuskan oleh Aristoteles).
Selain menganut prinsip Aristotelisme, St. Thomas Aquinas dalam mencetuskan
filsafat-filsafatnya tidak terlepas dari pengaruh pengetahuan yang beliau
dapatkan dari karya-karya Neoplatimisme maupun Augustinus dan pelajaran dari
Albertus Magnus.
Pustaka:
Collison, Diane.2001. Lima Puluh filosof Dunia yang
Menggerakkan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Hadiwijono, Harun. 1989. Sari Sejarah Filsafat Barat.
Yogyakarta: Kanisius
http://blog.persimpangan.com/ filafat-perenialisme.
http://id.wikipedia.org/wiki/thomas.
http://thebookofphylosoph.blogspot.com/2010/06/thomisme.html.
http://www.biography.com/people/st-thomass-aquinas.
(Diambil dari https://afidburhanuddin.wordpress.com oleh Biro Pendidikan dan Pengkaderan FKPMKP untuk kepentingan diskusi)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar