FKPMKP DIY
  • Home
  • OPINI DAN ARTIKEL
  • Brosur
  • Galeri
  • Hasil Diskusi
  • Sastra dan Budaya
  • Siaran FKPMKP
Foto diambil dari google
FKPMKPDIY--Setelah saya membaca sebuah buku dengan judul: “PIKIRAN adalah MEDAN PERANG”, dengan anak judulnya: “Memenangkan Perang dalam Pikiran Anda.” Saya ingin berbagai sedikit, yang menurut saya perlu untuk diteruskan walau tidak semua dapat paparkan di sini. 

Pikiran adalah medan perang sebab perang sedang berkecamuk dan pikiran kita adalah medang perangnya. Perang melawan setiap aktivitas kita, perang melawan pemerintah-pemerintah dari siasat tipu daya. Namun berita baiknya adalah Allah berjuang di pihak kita. Hal mengenai melawan tipu daya, melalui pikiran kita, telah dirumuskan atau telah dikatan begitu jelas dalam ayat Alkitab.
 
“Karena kita tidak bergulat melawan daging dan darah (bertanding hanya menghadapi lawan fisik), tetapi melawan despostisme, melawan penguasa-penguasa, melawan (roh-roh yang adalah) pemerintah-pemerintah dunia dari kegelapan sekarang ini, melawan kuasa-kuasa roh kefasikan di lingkungan (abadi) kodrati surgawi.” Efesus 6:12
 
Dari ayat diatas melihat bahwa kita berada dalam medan perang. Penelitian yang cermat dari ayat ini memberitahukan kita bahwa peperangan kita bukan hanya melawan manusia lain, melainkan melawan iblis dan roh-roh jahatnya. Musuh kita, iblis, berusaha untuk mengalahkan kita dengan siasat dan tipu daya, melalui rencana yang diatur rapih dan tipuan yang dipikirkan secara matang.
 
Iblis adalah pendusta, Yesus menyebut dia..bapa dari segala dusta dan dari semua yang palsu (Yohanes 8:44). Iblis mendustai anda dan saya. Dia memberi tahu tentang diri kita, tentang orang lain, dan tentang keadaan yang tidak benar. Namun ia tidak memerberi tahu kita seluruh dusta sekaligus. 
 
Iblis mulai menyerang pikiran kita dengan pola pikir yang licik dari gagasan, kecurigaan, kebimbangan, ketakutan, rasa ingin tahu, penalaran dan teori kecil yang terus menerus mendesak. Dia bergerak lambat dan hati-hati (bagimanapun rencana yang disusun rapi, membutuhkan waktu). Ingat dia mempunyai siasat untuk peperangannya. Ia telah lama sekali mempelajari diri kita. 
 
Iblis tahu apa yang kita sukai dan yang tidak kita sukai. Dia tahu kegelisahan kita, kelemahan kita dan ketakutan kita. Dia tahu, hal yang paling mengganggu kita. Ia bersedia meluangkan beberapa pun lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mengalahkan kita. Salah satu bakat iblis adalah kesabaran.
 
Kesimpulannya kembali kepada kita, kepada pikiran kita. Mau diarahkan kemana? Ke arah yang baik atau ke arah yang tidak baik. Mau mengandalkan Tuhan dalam hidup anda atau mau berjalan dengan kemauan anda yang telah diketahui oleh si Iblis. Sebab hanya pikiranlah medan perangnya. Melawan semua rencana yang telah tertata rapi oleh Iblis yang juga bersedia meluangkan waktu berapa pun lamanya. 
 
Maka dari itu, kita harus mau, seluruh hidupnya diserakan kepada Tuhan Allah. Karena senjata peperangan kami bukanlah fisik, tetapi perkasa di depan Allah untuk keruntuhan dan kehancuran benteng benteng, meyangkal alasan dan teori dan penalaran dan setiap kesombongan dan keangkuhan yang melawan pengenalan akan Allah; dan kami mengiring setiap pikiran dan maksud menuju keputusan Kristus ( Mesias, Dia yang Diurapi. (2 Kor 10: 4, 5). 
 
Tuhan bersabda, Karena pikiran-Ku bukanlah pikiranmu, jalanmu bukanlah Jalan-Ku…(Yesaya 55:8), apapun yang mungkin Anda dan saya pikirkan. Tuhan sudah menuliskan pikiran-Nya untuk kita dalam Alkitab. Kita harus memilih untuk memeriksa pikiran kita dalam terang dari firman Tuhan, dan selalu bersedia menundukkan pikiran kita pada pikiran-Nya karena mengetahui bahwa pikiran-Nya itu yang terbaik. Semoga bermanfaat. Tuhan memberkati.
 
Refrensi: Meyer Joyce. Pikiran adalah Medan Perang.Penerbit, Bookstore & publishing house
0
Share
Paskah.Ist
Oleh, Anton Gobai
 
FKPMKPDIY--Masa perayaan paskah  diawali dengan masa prapaskah, masa penantian hari wafatnya Yesus di Kayu Sali setelah ia dikiyanati oleh muridnya, sebagaimana yang telah di kisahkan atau dicacat dalam Alkitab. Saatnya kita sudah masuk dalam masa paskah, dan makna paskah selalu ada bersama kita karena Yesus bangkit  adalah abadi hidup. Sehingga paskah bukan seremonial perayaan ekaristi sebagai orang yang percaya padanya tetapi  masa paskah adalah kekuatan utama sepanjangan masa. Paskah adalah perubahan hidup bersama kebangkitan kristus. Paskah adalah sumber kebangkitan hidup.

Kebangkitan Kristus adalah kebangkitan hidup, kebangkitan masa depan, kebangkitan bangsa Papua. Singkatnya paskah adalah kemerdekaaan dan pembebasan. Yang lama ditinggalkan dan kita harus bangkit bersama kristus untuk pembebasan bangsa Papua mulai dari diri kita masing-masing.

Kemudian pertanyaan adalah bagaimana kita mengintrepretasikan makna paskah dalam kehidupan sehari-hari? 

Jawabnya tergantung dari cara masing-masing orang menghayati kebangkitan Kristus. Namun saya ini membagi cacatan refleksi tentang makna paskah, sebagai orang yang percaya kepadsa kristus dari konteks Papua. 

Yudas Iskariot terlibat dalam Pelanggaran HAM, terlepas dari kehendak Allah. Sebagai manusia Yudas Iskariot terlibat dalam kasus  pembunuhan Yesus. Menjual Yesus kepada para musuh sebagai pelanggaran HAM yang sangat sadis yang ada dalam sejarah gereja dunia.

Cara Yudas Iskariot menjual Yesus kepada kaum ahli Kitab Suci tokoh-tokoh agama dan tokoh pemerintah waktu itu adalah cara pelanggaran hukum Allah orang Papua yang menjual sauadaranya mengkhianati keluarganya atau istrinya atau anaknya atau sesama orang Papua untuk memuaskan diri dengan kekuasaan jabatan dan uang Indonesia adalah  melanggaran hukum Tuhan. Sama saja dengan membunuh Yesus.

Kekakuan Yudas Iskariot yakni itu juga  sering terjadi didalam kehidupan sehari-hari. Ketika orang lebih memikirkan tentang kekuasaan dan uang maka orang mudah menjual, mengkhianati dan menghabiskan nyawa orang lain .

Kekitka orang dikuasai oleh jabatan dan uang, oranag dengan senang hati melakukan hal yang serupa  dengan Yudas Iskariot. Maka orang-orang model itu tidak beda dengan Yudas yang menjual Yesus kepada negara dan militer.

Penulis adalah mahasiswa Papua, Kuliah di Gorontalo, Sulawesi Selatan.
0
Share


Kata “Adven” berasal dari kata Latin ‘adventus, advenio‘ (bahasa Yunani-nya parousia), artinya ‘kedatangan’. Maka fokus masa Adven adalah kedatangan Mesias, yaitu Yesus Kristus. Maka doa- doa penyembahan dan bacaan Kitab Suci tidak saja mempersiapkan kita secara rohani akan kedatangan-Nya (untuk memperingati kedatangan-Nya yang pertama) tetapi juga mempersiapkan kedatangan-Nya yang kedua. Itulah sebabnya bacaan Kitab Suci pada masa Adven diambil dari Perjanjian Lama yang mengharapkan kedatangan Mesias dan Perjanjian Baru yang mengisahkan kedatangan Kristus untuk menghakimi semua bangsa. Demikian juga, tentang Yohanes Pembaptis, sang perintis yang membuka jalan bagi kedatangan Kristus Sang Mesias.

Masa Adven adalah masa empat minggu sebelum hari Natal, ketika Gereja merayakan kedatangan Kristus yang pertama dan mengharapkan kedatangan-Nya yang kedua. Hari pertama Adven dapat jatuh antara tanggal 27 November sampai 3 Desember.

Makna masa Adven

Katekismus Gereja Katolik menjelaskan tentang makna masa Adven sebagai berikut:
KGK 524 Ketika Gereja merayakan liturgi Adven setiap tahunnya, ia menghadirkan kembali pengharapan di jaman dahulu akan kedatangan Mesias, sebab dengan mengambil bagian di dalam masa penantian yang panjang terhadap kedatangan pertama Sang Penyelamat, umat beriman memperbaharui kerinduan yang sungguh akan kedatangan-Nya yang kedua. Dengan merayakan kelahiran sang perintis [Yohanes Pembaptis] dan kematiannya, Gereja mempersatukan kehendaknya: “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”(Yoh 3:30).

Dengan demikian masa Adven merupakan masa menantikan kelahiran Kristus/ penjelmaan-Nya menjadi manusia. Masa Adven ini bukan bagian dari masa Natal, tetapi merupakan persiapannya. Oleh karena itu, masa Adven merupakan masa pertobatan (menyerupai masa Prapaska), sebab memang pertobatan-lah yang diserukan oleh Yohanes Pembaptis agar kita dapat menyambut Kristus Sang Penyelamat. Ciri- ciri perayaan masa Adven adalah tenang dan sederhana, tidak semeriah masa biasa, sebab penekanannya adalah pertobatan yang diwarnai oleh pengharapan akan kedatangan Tuhan.

Budaya sekular di sekitar kita dan juga banyak gereja- gereja non- Katolik merayakan hari Natal yang berdiri sendiri, terlepas dari masa Adven dan masa oktaf Natal sampai Epifani. Namun sesungguhnya hari Natal tidak dimaksudkan sebagai hari yang berdiri sendiri, tetapi sebagai perayaan yang tidak terlepas dari penanggalan tahunan liturgis. Natal sebagai perayaan Inkarnasi Tuhan Yesus perlu dipersiapkan terlebih dahulu pada masa Adven. Sebab masa Adven merupakan masa peringatan akan penghiburan yang diberikan Tuhan dan kesempatan di mana kita menyesuaikan diri dengan kehendak Tuhan, seperti halnya ketika para patriarkh, para nabi dan raja menanti dengan penuh pengharapan akan janji Allah yang akan mengutus Putera-Nya menjadi manusia.

Latar belakang Kitab Suci

Perjanjian Baru menyatakan Yesus sebagai Mesias bangsa Yahudi, meskipun Yesus bukanlah Mesias yang diharapkan oleh kebanyakan orang Yahudi pada saat itu. Sebab bangsa Yahudi saat itu menantikan Mesias yang dapat mengusir bangsa Romawi yang menjajah mereka. Injil dengan jelas menyatakan bahwa Kristus tidak datang untuk mendirikan Kerajaan di dunia atau untuk membebaskan orang- orang Yahudi dari penjajahan Romawi; tetapi Ia mewartakan Kerajaan Surga bagi bangsa Yahudi dan bangsa non- Yahudi. Meskipun jemaat perdana mengakui bahwa Yesus telah berjaya di dalam Gereja-Nya namun mereka mengakui bahwa segala hal belum sepenuhnya takluk kepada-Nya, sehingga masih ada penggenapan Kerajaan-Nya di masa mendatang (lih. KGK 680). Oleh karena itu, para jemaat perdana menantikan dengan rindu kedatangan Kristus yang kedua dalam kemuliaan-Nya, untuk mencapai kemenangan sempurna kebaikan atas kejahatan, ketika Kristus akan mengadili semua orang, baik yang hidup dan yang mati (lih. KGK 681, 682) dengan keadilan dan kasih yang sempurna. Maka bacaan Kitab Suci inilah yang mendasari masa Adven.

Kitab Suci mengajarkan agar kita mempersiapkan diri menyambut kedatangan Tuhan. Persiapan diri yang dimaksud adalah ‘berjaga-jaga’, karena memang inilah yang diperintahkan oleh Kristus untuk menyambut kedatangan-Nya (lih. Mat 24:42. Mat 25:13; Mrk 13:33). ‘Berjaga- jaga’ di sini maksudnya adalah untuk mengarahkan pandangan kita kepada hal- hal surgawi, dan bukan kepada hal- hal duniawi, pesta pora, dan dosa, seperti yang dilakukan orang banyak pada jaman nabi Nuh (lih. Mat 24:37-39, Kej 6:5-13). Dengan demikian masa Adven merupakan masa pertobatan, di mana kita dipanggil Allah untuk kembali ke jalan Tuhan. Adven adalah kesempatan untuk menumpas gunung dan bukit kesombongan hati kita, maupun menimbun lembah kekecewaan dan luka-luka batin kita, agar semua yang berliku diluruskan dan yang berlekuk diratakan (lih. Luk 3:5-6) agar kita siap menyambut Kristus. Dengan demikian kita akan melihat keselamatan yang dari Tuhan.

Latar Belakang Sejarah

Referensi pertama tentang perayaan Adven terjadi pada abad ke-6. Sebelumnya, terdapat perayaan- perayaan dan puasa yang menyerupai masa Adven kita saat ini. St. Hilarius dari Poitiers (367) dan Konsili Saragossa di Spanyol (380) menjabarkan tentang tiga minggu masa puasa sebelum Epifani. Paus St. Leo Agung banyak berkhotbah tentang ‘masa puasa pada bulan kesepuluh (yaitu bulan Desember)’ sebelum hari Natal. Gelasian Sacramentary (750) memberikan bacaan liturgi bagi lima Minggu sebelum hari Natal, juga Rabu dan Jumat. Akhirnya Gereja Barat memutuskan untuk menentukan 4 Minggu pada masa Adven, yang dimulai dari akhir November atau awal Desember sampai hari Natal.

Gereja- gereja Timur juga melakukan puasa untuk menyambut Natal. Masa puasa ini lebih panjang dari masa Adven yang dirayakan oleh Gereja Barat, yaitu dimulai pada pertengahan bulan November. Maka Adven, atau masa puasa pada Gereja- gereja Timur ini dirayakan baik oleh Gereja Katolik, maupun gereja- gereja Orthodox.

Pada masa Reformasi, beberapa tokoh Protestan menolak masa peringatan/banyak hari perayaan dalam kalender liturgi Gereja, dan dengan ini memisahkan gereja mereka dari ritme perayaan liturgis yang dirayakan Gereja Katolik setiap tahunnya (kecuali gereja Lutheran yang kini mempunyai kalender liturgi yang kurang lebih sama dengan kalender liturgi Gereja Katolik). Namun demikian beberapa gereja Protestan mempertahankan masa Adven, seperti gereja Anglikan. Kemungkinan karena gerakan liturgis, ataupun sebagai reaksi akan perayaan Natal yang cenderung semakin dikomersialkan di kalangan dunia sekular, maka perayaan Adven sekarang ini menjadi semakin populer di kalangan gereja- gereja non- Katolik dan non- Orthodox. Gereja- gereja Lutheran, Anglikan, Methodis dan Presbytarians dan kelompok- kelompok evangelis telah memasukkan juga tema Adven ke dalam ibadah penyembahan mereka, walau dengan derajat yang berbeda- beda.

Mari Menyiapkan Hati

Maka, walaupun masa Adven tidak secara eksplisit tertulis dalam Kitab Suci, namun bukan berarti masa Adven ini tidak ada dasar Alkitabnya. Bahwa Allah selalu menginginkan umat-Nya untuk mempersiapkan diri menyambut kedatangan-Nya, itu bukan merupakan ‘ide baru’; tetapi memang sudah diajarkan dalam Kitab Suci. Perayaan Adven itu merupakan peringatan akan masa persiapan menyambut kelahiran Kristus dalam kedatangan-Nya yang pertama, dan penegasan masa penantian akan kedatangan Kristus yang kedua. Tidak ada yang salah jika kita mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan Kristus, malah itu adalah keharusan, seperti diserukan oleh Yohanes Pembaptis, ataupun oleh Yesus sendiri, seperti telah dijabarkan di atas.

Kembali ke kisah kunjungan Bapak gubernur kepada pihak yang tidak siap dan tidak hadir pada saat dikunjungi. Walau liputan tidak melaporkan kejadian seluruhnya, namun dapat dimengerti jika pihak yang dikunjungi tersebut, jika diberi kesempatan kedua, tentu tidak akan mengulangi kesalahan ini. Mengapa? Karena memang selayaknya ia tidak bersikap demikian. Sudah sepantasnya kita sebagai umat Kristiani  tidak memandang hari raya Natal sebagai hari yang berdiri sendiri, yang dapat dirayakan tanpa persiapan hati yang cukup sebelumnya. Jika kita mengamini Kristus sebagai Raja Semesta alam yang mengatasi semua pemimpin negara di dunia, tentulah Ia layak menerima penghormatan melebihi para pemimpin di dunia. Mari kita lakukan hal yang sama, mempersiapkan rumah hati kita sebaik mungkin untuk menyambut kedatangan Kristus Tuhan dan Juru Selamat kita!




(sumber: https://www.katolisitas.org/masa-adven/)


0
Share


PESAN NATAL BERSAMA PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI)

DAN KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI) Tahun 2016



“HARI INI TELAH LAHIR BAGIMU JURUSELAMAT, YAITU KRISTUS, TUHAN, DI KOTA DAUD”
(Lukas 2:11)


Saudari-Saudara umat Kristiani di Indonesia,

Setiap merayakan Natal hati kita dipenuhi rasa syukur dan sukacita. Allah berkenan turun ke dunia, masuk ke dalam hiruk-pikuk kehidupan kita. Allah bertindak memperbaiki situasi hidup umat-Nya. Berita sukacita itulah yang diserukan oleh Malaikat: “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud” (Luk 2:11).

Belarasa Allah itu mendorong kita untuk melakukan hal yang sama sebagaimana Dia lakukan. Inilah semangat atau spiritualitas inkarnasi. Keikutsertaan kita pada belarasa Allah itu dapat kita wujudkan melalui upaya untuk menyikapi masalah-masalah kebangsaan yang sudah menahun. 

Dalam perjuangan mengatasi masalah-masalah seperti itu, kehadiran Juruselamat di dunia ini memberi kekuatan bagi kita. Penyertaan-Nya menumbuhkan sukacita dan harapan kita dalam mengusahakan hidup bersama yang lebih baik. Oleh karena itu, kita merayakan Natal sambil berharap dapat menimba inspirasi, kekuatan dan semangat baru bagi pelayanan dan kesaksian hidup, serta memberi dorongan untuk lebih berbakti dan taat kepada Allah dalam setiap pilihan hidup.

Saudari-saudara terkasih,

Kita akan segera meninggalkan tahun 2016 dan masuk tahun 2017. Ada hal-hal penting yang perlu kita renungkan bersama pada peristiwa Natal ini. Sebagai warga negara kita bersyukur bahwa upaya pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia semakin memberi harapan bagi terwujudnya keadilan dan kesejahteraan yang merata. Walaupun belum sesuai dengan harapan, kita sudah menyaksikan adanya peningkatan dan perbaikan pelayanan publik, penegakan hukum, pembangunan infrastruktur, dan peningkatan kualitas pendidikan. Kita dapat memandangnya sebagai wujud nyata sukacita iman sebagaimana diwartakan oleh malaikat kepada para gembala, “aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa” (Luk 2:10).

Memang harus kita akui bahwa masih ada juga segi-segi kehidupan bersama yang harus terus kita perhatikan dan perbaiki. Misalnya, kita kadang masih menghadapi kekerasan bernuansa suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Masalah korupsi dan pungli juga masih merajalela, bahkan tersebar dari pusat hingga daerah. Kita juga menghadapi kemiskinan yang sangat memprihatinkan. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa angka kemiskinan per Maret 2016 masih sebesar 28,01 juta jiwa. Keprihatinan lain yang juga memerlukan perhatian dan keterlibatan kita untuk mengatasinya adalah peredaran dan pemakaian narkoba. Data Badan Narkotika Nasional (BNN) tahun 2015 memperlihatkan bahwa pengguna narkoba terus meningkat jumlahnya. Pada periode Juni hingga November 2015 terjadi penambahan sebesar 1,7 juta jiwa, dari semula 4,2 juta menjadi 5,9 juta jiwa. Semakin banyaknya pengguna narkoba itu tidak lepas dari peran produsen dan pengedar yang juga bertambah. 

Kita juga harus bekerja keras untuk mendewasakan dan meningkatkan kualitas demokrasi. Penyelenggaraan Pemilu merupakan salah satu sarananya, seperti Pemilihan Umum Kepala Daerah serentak (Pilkada serentak) yang akan dilaksanakan tanggal 15 Februari 2017 di 101 daerah terdiri atas 7 provinsi, 76 kabupaten, dan 18 kota. Peristiwa itu akan menjadi ujian bagi partisipasi politik masyarakat dan peningkatan kualitas pelaksana serta proses penyelenggaraan pesta demokrasi tersebut. 

Tantangan-tantangan tersebut, sebagaimana juga masalah lainnya, harus kita hadapi. Jangan sampai persoalan-persoalan sosial dan kemanusiaan itu membuat kita merasa takut. Kepada kita, seperti kepada para gembala, malaikat yang mewartakan kelahiran Yesus mengatakan “jangan takut” (Luk 2:10).

Saudari-saudara terkasih,

Marilah kita jadikan tantangan-tantangan tersebut kesempatan untuk mengambil prakarsa dan peran secara lebih nyata dalam menyikapi berbagai persoalan hidup bersama ini. Kita ciptakan hidup bersama yang damai dengan terus melakukan dialog. Kita lawan korupsi dan pungli dengan ikut aktif mengawasi pelaksanaan dan pemanfaatan anggaran pembangunan. Kita atasi problem kemiskinan, salah satunya dengan meningkatkan semangat berbagi. Kita lawan narkoba dengan ikut mengupayakan masyarakat yang bebas dari narkoba, khususnya dengan menjaga keluarga kita terhadap bahaya barang terlarang dan mematikan itu. 

Kita tingkatkan kualitas demokrasi kita melalui keterlibatan penuh tanggungjawab dengan menggunakan hak pilih dan aktif berperan serta dalam seluruh tahapan dan pelaksanaan Pilkada. Kita juga berharap agar penyelenggara Pilkada dan para calon kepala daerah menjunjung tinggi kejujuran dan bersikap sportif, menaati semua aturan yang sudah ditentukan dan aktif berperan menjaga kedamaian demi terwujudnya Pilkada yang berkualitas. Kita tolak politik uang. Jangan sampai harga diri dan kedaulatan kita sebagai pemilih kita korbankan hanya demi uang.

Kita syukuri kehadiran Yesus Kristus yang mendamaikan kembali kita dengan Allah. Inilah kebesaran kasih karunia Allah, sehingga kita layak disebut sebagai anak-anak Allah (1Yoh 2:1). Di dalam Yesus Kristus kita memperoleh hidup sejati dan memperolehnya dalam segala kelimpahan (Yoh 10:10). Kita syukuri juga berkat yang telah kita terima sepanjang tahun yang segera berlalu.

Kita sampaikan berkat sukacita kelahiran Yesus Kristus ini kepada sesama kita dan seluruh ciptaan. Kita mewujudkan karya kebaikan Allah itu melalui perhatian dan kepedulian kita terhadap berbagai keprihatinan yang ada dengan aktif mengupayakan pembangunan yang berkelanjutan dan yang ramah lingkungan. Dengan demikian, perayaan kelahiran Yesus Kristus ini dapat menjadi titik tolak dan dasar bagi setiap usaha kita untuk lebih memuliakan Allah dalam langkah dan perbuatan kita.

SELAMAT NATAL 2016  dan TAHUN BARU 2017 


Jakarta, 10 November 2016

PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJADI INDONESIA,
Pdt Dr Henriette T.H. Lebang
Ketua Umum
KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA,
Mgr. Ignatius Suharyo
K e t u a
Pdt Gomar Gultom M.ThSekretaris UmumMgr. Antonius S. Bunjamin OSC.Sekretaris Jenderal
x
0
Share


Yogyakarta- Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) ke-55 kemerdekaan Papua Barat, Forum Komunikasi Pelajar Mahasiswa Katolik Papua (FKPMKP) melalui Panitia Natal 2016 bekerja sama dengan Ikatan Pelajar Mahasiswa Nabire Paniai Dogiyai Deiyai (Ipmanapandode) Yogyakarta-Solo pada (01/12/2016), bikin acara Nonton bareng sekaligus Diskusi tentang film sejarah Papua versi Presidum Dewan Papua (PDP).

Acara yang sedianya dibikin di Aula Asrama Dogiyai Yogyakarta pada pukul (18.00-21.30) WIB tersebut dihadiri oleh puluhan mahasiswa Papua yang sedang belajar di kota Yogyakarta. Sebagian mahasiswa Papua tidak hadir sebab pada kesempatan tersebut mereka sedang di Jakarta, dan sebagian lagi karena situasi dan kondisi pada saat itu hujan.

Dalam kesempatan tersebut, peserta yang hadir diajak mengemukakan pendapat mereka terkait film yang ditonton. 

“Yang masih menjadi pertanyaan buat saya adalah, kenapa hingga sekarang dunia dalam hal ini Indonesia tidak mengakui status politik Papua yang sebenarnya dan tidak ajak berdialog.” Demikian kata Hendrik Kobepa, Ketua Badan Pengurus Harian (BPH) Ipmanapandode Yogyakarta-Solo, mengawali diskusi.

Yang menjadi benang merah dari diskusi tersebut adalah apa dan bagaimana peran kita sebagai mahasiswa Papua untuk turut memperjuangkan hak menentukan nasib sendiri (self determination).

“Pejuang karismatik seperti Alm. Dortheys Hiyo Eluay itu sekarang jarang didapat. Dia itu punya jiwa pejuang yang kental. Hari ini pejuang Papua merdeka banyak. Tapi hanya sedikit orang yang memang betul-betul militan dan karismatik seperti beliau (Theys Eluay, red). Filep Karma, misalnya termasuk,” kata Alfridus Dumupa. 

“Yang menjadi musuh besar dan harus kita lawan sekarang itu bukan hanya dari segi sosial dan politik, tapi juga kapitalis global. Karena Indonesia sendiri itu selama ini berkedok kapitalis global di tanah Papua,” tambah salah seorang peserta diskusi yang lain.

Selain itu, Topilus B. Tebai, ketua FKPMKP Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengatakan, kita sebagai mahasiswa Papua harus juga bisa memenangkan hati teman-teman kita, terutama yang non Papua. 

“Hal ini supaya dengan begitu, mereka bisa memahami dan mendukung apa yang sedang kita perjuangkan,” katanya.

Kemudian, tambahnya, kita juga harus pandai-pandai menggunakan internet. 

“Di facebook kita bisa berbagi informasi ataupun foto-foto terkait pelanggaran HAM. Selain itu melalui blog, web dan sebagainya. Karena itu bisa menggalang atensi dan dukungan dari sesama kita dari luar Papua,” bebernya.

Pantauan media ini, terlihat dari Panitia Natal Ipamanapandode Yogyakarta-Solo dan FKPMKP DIY menggelar dagangan seperti jagung rebus, minuman kopi, rokok dan lain-lain. Semua itu untuk cari dana natal 2016 kedua organisasi. 

Acara Nobar dan Diskusi selesai pada pukul 21:30 WIB. (Herman E. Degei)

0
Share


Setiap tanggal 25 Desember, umat Katolik di seluruh dunia merayakan peringatan kelahiran Tuhan Yesus di Betlehem, 2000 tahun yang lalu. Dalam tata kebudayaan Melanesia di Papua, kelahiran adalah peristiwa gembira. Kelahiran adalah tanda kesuburan. Kesuburan adalah tanda diberkati. Maka itu, pesta adat adalah wajib hukumnya menyambut kelahiran. Karena nuansa kebatinan orang Papua yang kental juga, maka tentu saja, banyak makna tersemat dalam prosesi penyambutan kelahiran itu. Dewasa ini di Papua, dapat kita buktikan, kegiatan syukur bersama atas kelahiran Tuhan Yesus dapat dijumpai dengan gampang di gereja-gereja. Gereja dirias dan altar didandani. Setiap rumah dirias. Kebahagiaan terpancar dimana-mana. 

Saat Natal 25 Desember, orang dari luar Papua akan berdecak kagum pada kita: begitu cepat kita lupa pada kematian 'bayi' sebuah bangsa pada 19 Desember, enam hari sebelum hari lahir Tuhan Yesus. Akh, itu soal lain. Yang ingin saya bilang, orang Papua gembira dalam setiap penyambutan kelahiran. Dalam tatanan pemaknaan, sesuai dengan ajaran Gereja, perayaan Natal dimaknai sebagai momentum kebangkitan, momentum kelahiran kembali dan momentum perubahan.

Sebagai momentum kebangkitan, kelahiran kembali dan perubahan, setiap orang tentu saja melakukan beberapa hal (dan ini juga dianjurkan lewat Adven/masa penantian), yakni kontemplasi, menimbang baik-buruk masa lalu, pertobatan, janji pembaharuan iman dan perbuatan. 

Apa artinya kontemplasi? Ambil waktu lebih banyak untuk duduk, membebaskan pikiran dari belenggu-belenggu: tugas dan pekerjaan, anak istri, teman dan kerabat, dan mulai menelusuri kembali kehidupan. Dalam kontemplasi, hadirkan masa lalu, dan perhatikanlah. Nilailah dengan mata hari, baik buruk dan benar salahnya dirimu dalam pikiran, perkataan dan perbuatan dalam setiap tarikan nafas yang telah berlalu.

Lalu masuklah dalam proses menemukan baik dan buruk masa lalu. Mencoba mengumpulkan yang baik dan menyelaminya kembali. Temukan cara-cara untuk mengoptimalkan dan tentu saja, mempertahankan cara hidup baik di masa silam itu untuk hari esok dan selanjutnya. Perhatikan kekurangan dan dosa di masa silam. Telusuri. Perjalanan menelusuri lorong dosa lebih berat daripada sebaliknya untuk kebaikan. Berhati-hatilah. Maka sebelum masuk kepada proses ini, bacalah ayat-ayat Alkitab yang akan memberimu kekuatan: kekuatan untuk menelusuri kembali, dan kekuatan untuk mengatakan tidak (mengaku bersalah) pada pembenaran diri dari dosa yang akan dilakukan oleh dagingmu dari dalam tubuhmu. Jiwa dan hati nuranimu harus memenangkan proses ini.

Bertobatlah. Apa artinya? ada dua poin penting. Pertama: mengaku kalau kita salah. Setiap dosa yang telah kita buat, akuliah. Baik itu di depan dirimu sendiri, di depan pastor dalam pengakuan dosa, maupun kepada sesama. Bila perlu, pergilah kepada orang-orang yang kau rugikan. Akui dulu bahwa kita bersalah. Lalu kita memohon ampun pada Tuhan dan pada diri sendiri, lalu kepada sesama.

Wujud pertobatan adalah tindakan tidak mengulangi dosa-salah yang sama dan proses kita untuk setia pada janji pertobatan.  Itulah makna Natal bagi orang Katolik, menurut saya. 

Lalu bagaimana dengan konteks kita di Papua?

Dalam hidup yang penuh dengan air mata akibat anak-anak bangsa yang mereka lahirkan, sambut dengan pesta kelahiran yang meriah, dan berkorban untuk mendidikan dan membesarkannya itu akan dibantai juga oleh peluru militer, oleh narkoba dan Miras, oleh sakit, oleh ... . Pembunuhan, pemenjarahan, perampasan tanah-tanah adat, penyingkiran orang asli Papua dari tanah airnya melalui transmigrasi, paham pembangunanisme, pengerukan sumber-sumber daya alami melalui eksplorasi dan eksploitasi, lalu dominasi ekonomi dan pemarginalan orang asli Papua, semua yang dialami orang Papua itu menjadikan momen Natal menjadi sesuatu kebahagiaan semu. Bagi orang Papua, bahagia hanya di saat perayaan Natal. Lagu-lagu indah hanya saat Natal. Tertawa ria dan kumpul bersama keluarga, dan kemunafikan setiap orang untuk pura-pura baik hanya ada pada moment Natal. 

Setelah Natal? Orang Papua akan kembali menangis lagi. Semua yang tidak adil akan datang lagi mendekat. 

Mengingat banyak orang kini menaruh harapan perubahan pada proses perjuangan kemerdekaan Papua sebagai alat yang akan membebaskan bangsa Papua dari belenggu derita dan yang akan mendekatkan bangsa Papua pada bahagia sesungguhnya, maka proses pemaknaan Natal juga sudah mesti kita kontekskan. Maksud saya, biar Natal di Papua tidak menjadi perayaan bahagia sesaat.

Maksud saya, setiap orang Papua sudah mesti pikir, apa yang sudah dia buat untuk Papua merdeka.. Dikontemplasikan, dipertimbangkan kontribusinya, dipikir-pikir, seberapa besar dirinya mendukung upaya perjuangan kemerdekaan Papua, dan akhirnya melahirkan semangat baru untuk lebih terlibat aktif dalam proses perjuangan.

Tetapi sebelum itu, setiap orang mestinya lebih dahulu menyadari, kebahagiaan Natal adalah kebahagiaan sesaat bagi orang Papua. Karena usai Natal, pembunuhan akan terjadi lagi. Pemerkosaan dan perampasan tanah adat akan terjadi lagi. Pengerukan sumber daya alam akan terus berlanjut, dan lain-lain, dan lain-lain, semua akan terus berlanjut lagi. Satu-satunya sarana menuju kebahagiaan sejati adalah Papua merdeka. Inilah makna Natal sesungguhnya: kesadaran akan hakikat bahagia yang sesungguhnya bagi orang Papua hanya ada di alam kemerdekaan. 

Bila kita tidak peduli dengan keselamatan hidup bangsa Papua di hari esok dan selanjutnya, masa bodoh, pikir diri sendiri, lalu bagaimana kita ingin hidup seturut dengan ajaran Tuhan? Tuhan bilang, "Apa yang kita bikin untuk saudaramu yang paling hina ini, itu kau buat untuk Aku."

Selamat merayakan hari kelahiran Tuhan Yesus untuk semua orang Papua di mana pun berada. Semoga kita sadari kalau bahagia Natal adalah bahagia semu, dan kita yang terbelenggu ini sudah punya tugas yang sama seperti yang diemban bayi Yesus yang kelahirannya kita peringati: berjuang membebaskan manusia; berjuang membebaskan bangsa Papua untuk merdeka ekonomi-politik 100%.

@Sani
#FKPMKP DIY

0
Share

Usai diskusi.(Foto: FKPMKP/Doc.Ist)
Forum Komunikasi Pelajar Mahasiswa Katolik Tanah Papua Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu, (03/12/16) bertempat Kantin Mricam Realino, Universitar Sanata Dharma, gelar diskusi: “Mengapa Gereja Katolik Memiliki Masa Adven?”

Dalam diskusi tersebut, peserta diskusi menceritakan secara pintas mengenai masa Adven menurut pemahaman dan cara mereka memandang Advent itu sendiri.

Andre, mahasiswa Papua asal Keuskupan Timika ini menjelaskan, masa adven sebagai masa persiapan. Persiapan untuk menyambut Tuhan Putra Allah yang diutus ke Dunia. Menurutnya, dibutuhkan kesipan yang matang, artinya menjauhkan segala pandangan-pandangan negatif.

“Setiap orang pasti luput dari dosa. Akan tetapi yang menjadi perdebatan dalam hati saya, mengerti akan persiapan diri, berusaha menjauhkan segala hal yang negatif, yang tentunya membuat orang lain tersakiti dll, tetapi mengapa masih ada manusia yang membunuh manusia lain saat mau dekat natal,” tandasnya.

Kalau lihat keadaan saat ini, lanjut Andre, di Papua saat Adven, masih terjadi pembunuhan dan penembakan.

Masa Adven adalah masa empat minggu sebelum hari Natal, ketika Gereja merayakan kedatangan Kristus yang pertama dan mengharapkan kedatangan-Nya yang kedua. Hari pertama Adven dapat jatuh antara tanggal 27 November sampai 3 Desember.

Anselmus Tebai, mahasiswa Teknik Sipil asal Keuskupan Timika ini menjelaskan, Masa adven masa persiapan diri. Masa Adven ini mengajak kita untuk siap menyambut Bayi Yesus. Sejauh mana  kesiapan kita, dan mampukah kita mengampuni sesama, untuk menyambut kedatangan Yesus.

Herman Degei berpendapat bahwa Masa adven,  masa dimana kita persiapkan dan pertobatan diri untuk menyambut dan menerima Bayi Yesus.

Andre menambahakn, secara keseluruhan, bagamana saya  menciptakan diri untuk melawan semua keinginan-keinginan negatif yang merugiakan orang lain dan diri pribadi.

“Kita juga diajak untuk mengampuni kepada sesama kita. Namun, melihat kondisi saat ini yang tentunya juga menjadi perdebatan dalam hati   kita, terutama di Papua” kata mahasiswa Papua, asal Keuskupan Timika ini.

Tanyanya, masa adven masa pertobatan, dan mengerti akan persiapan diri, berusaha menjauhkan sikap-sikap negatif tetapi kenapa ada yang dibunuh, diterlantarkan. Secara keseluruhan kita melihat persoalan ini, muncul sikap perlawanan diri. Bagaimana kita perlakukan diri kita saat situasi seperti ini menimpa kita, apakah kita harus diam? Sedangkan kita memberi kesempatan pada orang lain untuk memperlakukan kita dengan tindakan-tindakan negatif. Kalau saya melawan, apakah masa penantian saya akan gagal?

Sementara itu, mahasiswa Papua lain asal Mapiha, Keuskupan  Timika, Yosep Degei, menjelaskan  pentingnya kesiapan kita untuk menyambut Bayi Yesus.

“Persiapan dan pertobatan itu penting, walau dosa itu kita lakukan setelah ada pertobatan, tetapi dosa tidak terlepas dari kita sebagai manusia. Pasti jatuh dalam dosa yag sama, namun pasti ada jalan keluarnya untuk memperiapkan diri untuk meyambut bayi Yesus,” jelas Degei.

Sebab, lanjut Dia, sakin salahnya kita adalah kita tidak siapkan diri untuk menerima bayi Yesus dalam hati kita. Untuk itu melalui masa Adven mengajak kita untuk mengurangi semua kebiasaan yang salah  agar saat datangnya Bayi Yesus benar-benar kita rasahkan dalam hati kita.

Pada dasarnya gereja mengajarkan kita akan persiapan untuk menyongsong perayaan kelahiran Yesus di Betlehem. Persiapan itu dilakukan baik dalam perayaan-perayaan liturgis maupun dalam hidup rohani pribadi.  Adven menunjukkan bahwa keselamatan yang telah kita terima dari Allah akan dibawa ke kesempurnaan pada akhir zaman (1 Ptr 1:5). Seluruh hidup manusia adalah wadah pelaksanaan janji-janji Allah yang akan terpenuhi pada ”hari Tuhan” (1 Kor 1:8; 5:5).

Kemudian anggota FKPMKP usai diskusi ini menyimpulkan, masa adven ditandai dengan masa persiapan dan penantian. Persiapan pemulihan hati, pencerahan dan pertobatan menyambut Bayi Yesus. Berusaha menjauhkan segala pandangan negatif yang membuat orang lain tersakiti, terlantarkan dan lainnya. Secara keseluruhan bagamana saya  menciptakan diri untuk melawan semua keinginan-keinginan negatif yang merugiakan orang lain dan diri pribadi sebelum saatnya Bayi Yesus datang ke dunia.

Untuk itu, yang menjadi pertanyaan  bersama yang menjadi renungan ziara batin pada masa Adven ini sebagai berikut:

1.Sudahkah saya selama setahun ini menata hidup beriman dengan lebih baik dan dewasa?

2.Sejauh mana saya telah memaknai hidup sebagai seorang Kristiani?

3. Sudahkah saya berdamai dengan diri sendiri?

4.Sudahkah saya menyiapkan hati saya untuk menyambut kedatangan Sang Juru selamat ?


(MK)

0
Share

         Bertepatan dengan bulan Rosario, tepatnya pada hari Sabtu, 22 Oktober 2016, kami keluarga Forum Komunikasi Pelajar dan Mahasiswa Katolik Papua (FKPMKP) Yogyakarta mengunjungi salah satu tempat peziarahan rohani yang berada di pinggiran kota Yogyakarta. Namanya Gua Maria Lawangsih.

          Kami menuju ke sana sekitar pukul 15:15 WIB dan sampai di sana pukul 17:00 WIB. Sesampai di sana, kami mendengarkan instruksi yang diberikan oleh ketua FKPMKP, Bastian Tebai. Setelah mendengar instruksi yang diberikan, kami berkumpul di pelataran gua Maria dan berdoa Rosario bersama yang dipimpin oleh Anselina Uropmabin sebagai sie kerohanian.

          Selanjutnya, setelah berdoa Rosario bersama, kami melihat-lihat seputaran gua Maria. Di sana ada tempat air suci, tempat bersemedi, dan hal-hal lain yang tentunya membuat gua Maria itu menarik untuk dikunjungi oleh para peziarah.


     Walaupun tidak semua anggota FKPMKP ikut, kami tetap merasakan kebersamaan dan kekeluargaan yang sudah menjadi kebiasaan kami. Perjalanan yang cukup melelahkan itu, begitu berarti bagi kami. (Yasinta Watae)   
0
Share
 
Ilutrasi.@Design.Mank.Ist

Topik             : Tuhan Yesus dan Ajarannya
Moderator     : Manfred Kudiai
Notulen         : Geofani Inge Aria
Tempat          : Kantin Realino, Universitas Sanata Darma
Waktu            : 16.15-18.15 WIB

Ringkasan Hasil Diskusi:
Ajaran-ajaran Yesus yang dikutib dari berbagai sumber  termasuk yang dituliskan dalam Alkitab, yang kemudian menjadi bahan diskusi pada pertemuan rutin Forum Komunikasi Pelajar dan Mahasiswa Katolik Tanah Papua Daerah Istimewa Yogyakarta (FKPMKP- DIY)  kali ini.
Yesus , menueurt Wikipedia menjelasakan, Yesus (bahasa Yunani: Ἰησοῦς Iesous; kr. 4 SM sampai 30–33 M), juga disebut sebagai Yesus dari Nazaret atau Yesus Kristus,[e] adalah tokoh sentral Kekristenan. Menurut ajaran sebagian besar denominasi Kristen, Yesus dipandang sebagai Putra Allah (Anak Allah). Umat Kristen meyakini bahwa Yesus adalah Mesias (atau Kristus, Yang Diurapi) yang dinantikan.
Yesus  adalah Putra Tunggal dan Putra Terkasih Allah yang diutus ke dunia dan Yesus  adalah Juru selamat kita dari dosa dan kematian. Kedatangan Yesus Kristus di duniai ini sebagai pernyataan serta perwahyuan misteri hidup ilahi bagi manusia. Inti pernyataan serta perwahyuan Yesus Kristus ialah kemuliaan dan keluhuran hidup dalam mengorbankan diri.
Dalam Alkitab menuliskan bahwa, Yesus mengajarkan semua yang baik untuk menyelamatkan umatNya dari dosa. Ajaran Yesus ialah ajaran hidup berdasarkan pada Trinitas yaitu: 3 Roh Allah dalam 1 Allah. Berikut 1 ayat ke-Trinitasan; “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,” Matius 28 : 19.
Yeus juga mengajarkan Doa dan Perumpamaan. Seperti banyak dalam kitab Matius, contoh perumpamaan; "Perumpamaan tentang seorang penabur" dan contoh doa; "Doa Bapa kami". Jadi kita dapat simpulkan pokok ajaran Yesus yaitu:
1.     Kasih (sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus.) Yoh 1 : 17).
2.    Keselamatan (Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.") Kis 4 : 12).
3.    Buah-buah Roh (Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.) Gal 5 : 22 - 23).
4.    Trinitas (Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,) Mat 28 : 19).
5.    Doa  (Berserulah kepada-Ku, maka Aku akan menjawab engkau dan akan memberitahukan kepadamu hal-hal yang besar dan yang tidak terpahami, yakni hal-hal yang tidak kau ketahui.) Yer 33 : 3).
6.    Perumpamaan (Dan Ia mengajarkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. Dalam ajaran-Nya itu Ia berkata kepada mereka:) Mrk 4 : 2).

Ajaran Yesus Kristus ialah Kasih dan Keselamatan. Kasih Ia ajarkan semasa Ia hidup di dunia umat manusia, dan Keselamatan Ia ajarkan sewaktu Ia akan pulang ke pangkuan BapaNya di Surga. Selain kasih dan keselamatan, ajaran Yesus juga ialah: a)  Mengasihi (Setiap ciptaanNya baik hewan, tumbuhan, dan manusia)., b) Sukacita (Suka akan yang Ia berikan selama hidup walaupun berat). c) Damai Sejahtera (Hidup berdampingan dalam perbedaan dengan aman dan toleran). d) Kesetiaan (Setia mengikutNya apapun yang terjadi sampai Ia datang kembali). e) Lemah Lembut (Bersifat lemah dan jiwa yang lembut dalam setiap keadaan). F) Kesabaran (Tetap tenang dan kepala dingin saat ada permasalahan), g) Murah (Yaitu murah hati dan tulus ikhlas)., h) Kebaikan (Bersifat baik terhadap semua ciptaanNya). I) Menguasai diri (Tetap berkuasa atas jiwa sendiri).

Untuk itu, FKPMKP mengadakan diskusi untuk membahas  secara terinci terkait ajaran-ajaran Yesus yang telah dikemukakan diatas . kemudian, anggota FKPMKP juga mencoba mengaplikasikan penghayatannya dalam konteks realitas hidup, sebagai anggota gereja katolik dari Tanah Papua. serta  melihat dan bertanya dalam diri pribadi sejauh mana dalam kehidupan sehari-hari kita, apakah saya telah melaksanakan apa yang telah diajarkan oleh Yesus? Ataukah saya sering mengabaikan nilai-nilai pokok yang diajarkan oleh Yesus? Setelah itu, dalam kehidupan saya kedepan, akan  saya tekuni semua yang diajarkan Yesus? Selain itu, tujuan diadakan diskusi ini untuk memperluas wawasan kita sebagai pengikut  Yesus.
 Dengan demikian, anggota FKPMKP mengemukakan berbagai  pendapat . Melalui ajaran Yesus ini, membantu kita sebagai anggota Gereja untuk menunjukkan arah, petunjuk dan jalan bagaimana kita harusnya menjadi orang muda katolik asal Tanah Papua yang sesungguhnya dan taat kepada ajaran-ajaran Yesus itu sendiri.
Anggota FKPMKP dalam diskusi, menjawab beberapa pertanyaan yang dikemukakan oleh pemandu diskusi, diantaranya:
1.    Mengapa Yesus Kristus Penting dalam Kehidupan Saya?
2.    Setelah kita mengetahui secara pintas tentang Ajaran-ajaran Yesus, Sudahkah kita sebagai Pengikut-Nya,  menerapkan ajaran-ajaran Yesus dalam kehidupan kita,  baik dalam organisasi, maupun dalam kehidupan sehari-hari?
3.    Menurut anggota FKPMKP apakah ajaran-ajaran Yesus ini sudah ada dalam ajaran adat istiadat kita?
4.    Setelah membaca penjelasan diatas menurut teman-teman apakah benar semua itu ajaran Tuhan Yesus sendiri atau dari  Wahyu  Allah?
Hasil Diskusi Forum Komunikasi Mahasiswa Pelajar Katolik Papua Daerah Istimewa Yogyakarta  (FKPMKP DIY)
Diskusi yang diadakan FKPMKP DIY yaitu untuk mengetahui Ajaran-ajaran Yesus sendiri dengan lebih baik dan mengkaitkannya dengan kehidupan kita sendiri dalam masyarakat, organisasi, dan juga mengkaitkannya dengan budaya atau adat istiadat istiadat yang ada pada daerah-daerah di Papua, serta menanggapi  sebenarnya ajaran-ajaran yang diajarkan Yesus  itu sendiri berasal dari Yesus sendiri atau itu merupakan wahyu dari Allah. Nah untuk itu ada 4 hal yang didiskusikan yaitu :
1.    Mengapa Yesus Kristus Penting dalam Kehidupan Saya?
Berdasarkan hasil diskusi anggota FKPMKP, berpendapat bahwa Yesus Kristus memang sangat penting dalam kehidupan kita, karena melalui-Nya lah kita dapat selalu dikuatkan, diberi jalan keluar atas persoalan yang kita hadapi dan berkat-Nya juga kita senantiasa diberkati dan dilindungi selalu. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa Tuhan Itu selalu ada dan selalu menopang kita saat mengalami pencobaan atau penghiburan yang diberi-Nya melalui Orang lain disekitar kita, oleh Sebab itu Tuhan sangat penting dalam kehidupan Kita.

Kaweradus Dogomo, mahasiswa Papua asal Keuskupan Timika ini menceritakan kisah yang menurut dia benar-benar Tuhan membuka jalan bagi dia dan benar-benar merasakan kehadiran Tuhan dalam kehidupannya. Hal ini Dia rasakan saat perjalan dari Nabire  ke Yogyakarta menggunakan KM Labobar .

“Pengalaman saya dalam perjalanan dari Nabire menuju Jogja membuat saya merasa bahwa Tuhan selalu ada buat saya. Karena saat itu saya sendiri dan  baru pertama naik kapal, , saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dalam kapal, tempat  untuk saya tempati  juga sudah Full, terpaksa saya di Dek 7. Disitu ada tempat sampah, kemudian sa pindahkan tempat sampah tersebut  dan disitulah saya mendapatkan tempat.

Mahasiswa  STTNas, Jurusan Teknik Sipil ini mengaku, bahwa dirinya disadarkan setelah mengikuti kegiatan Malam Keakraban yang dilaksanakan oleh FKPMKP DIY,karena setia apa yang ia butuhkan, Tuhan Penuhi.

“Setelah saya tiba diYogyakarta, tidak pernah baca Alkitab. Alkitab saja saya tidak punya. Tapi saya mulai sadar bahwa Tuhan itu penting dalam kehidupan saya  semenjak ikut makrap  dan sekarang saya sudah rajin berdoa,” jelas Kaweradus Dogomo yang akrab dipanggil dengan Kaldo itu.

Bastian Tebai, mahasiswa  Akuntansi  asal Keuskupan Timika   mengatakan  Tuhan Yesus itu ada, dan akan kita rasakan kehadirannya saat kita mengalami pencobaan atau kesulitan.

“Saya merasa mendapat kemudahan, karena  baru-baru ini adik saya  mendapat musibah (kecelakaan). Dalam pengobatannya Pihak  Rumah Sakit meminta biaya pengobatannya  sebesar  Rp.15 jt, karena akan dioperasi.  Tetapi melalui Doa saya, Tuhan  memberikan Jalan keluar  tanpa mengeluarkan dana sebanyak itu, Adik saya  sudah bisa jalan,” ujar Tebai yang juga sebagai Ketua FKPMKP saat ini.

Kemudian, Mahasiswa Papua lainnya, Herman Degei  asal Keuskupan Timika, Anselina Mabin Keuskupan Jayapura, Maria Yawarin, Keuskupan Agung Merauke, Sinta,  Keuskupan Jayapura dan Sil, Keuskupan Timika, Pertus Tebai dan Frans Tigi asal Keuskupan Timika, berpendapat yang sama bahwa Tuhan sangat penting dalam kehidupan kita. Menurut Mereka  apa yang kita dapat setiap hari itu dari Tuhan  dan Tuhan Yesus itu memang ada dalam kehidupan kita.

Andreas Takimai, Mahasiswa Papua, asal Deiyai ini mengaku dirinya ada disini karna Ia ikut Yesus.

“Saya rasa segala kemampuan yang saya miliki semua karena ada Tuhan,” jelasnya.

Sementara itu,  Selly Mote,  asal keuskpan Timika ini berpendapat lain terhadap  Tuhan  atas kehidupan yang dialaminya.

Mahasiswa STTNas itu menceritakan pengalamannya yang membuat dirinya tidak taat pada Tuhan dan ajarannya karena dirinya menilai kalau Tuhan itu tidak adil baginya.

“Waktu SD sa mengalami cobaan dimana terjadi perceraian, sehingga membuat saya menjadi anak yang tidak taat pada ajaran Tuhan, karena merasa Tuhan tidak Adil untuk saya, sampai dengan saya tinggal dengan mamatua saya.

Tapi, lanjut mahasiswa teknik Sipil itu mengatakan, namun saat masuk  SMA saya belajar untuk membuka diri pada teman-teman untuk mengetahui siapa saya sebenarnya.  Dari situ saya merasa Tuhan itu memang ada.

Hal lain yang membuat percaya kepada Tuhan, juga datang dari Mario Fredinan, mahasiswa asal Merauke, suku Muyu, Keuskupan Agung Merauke yang berhasil lulus saat mengikuti tes Afirmasi  yang kemudian mengayom pendidikan di UGM,  Universitas ternama di Indonesia.

 Dia mengatakan  bahwa Yesus sangat berperan penting dalam kehidupan kita.

“Saya tidak ada niat untuk kuliah setelah selesai SMA, namun berkat Tuhan saya mendapatkan peringkat 5 dan mendapatkan saran dari Guru SMA saya untuk mengikuti tes Afirmasi. Setelah ikut tes saya hanya berdoa. Dan berkat Tuhan akhirnya saya ada di Jogja,”  ujar mahasiswa UGM ini.

2.    Setelah kita mengetahui secara pintas tentang Ajaran-ajaran Yesus, Sudahkah kita sebagai Pengikut-Nya,  menerapkan ajaran-ajaran Yesus dalam kehidupan kita,  baik dalam organisasi, maupun dalam kehidupan sehari-hari?

Berdasarkan hasil Diskusi Anggota FKPMKP, dapat dikatakan bahwa semua jawaban yang diberikan adalah tentang apa yang sudah “saya (Individu)” lakukan atau terapkan mengenai ajaran-ajaran Yesus terhadap Individu yang lain, dalam hal ini hampir semua, belum menerapkan secara penuh semua ajaran-ajaran Tuhan, namun tanpa disadari seringkali sudah diterapkan meskipun belum sepenuhnya.

Seperti yan diungkapakan oleh Mabin saat diskusi berlangsung, “Tidak sepenuhnya, tapi setengah-setengah, kalau senang mencoba untuk melakukan yang baik, kalau setan suda masuk yang begitu? Yah, begitu sudah”. Kita memang sudah diajarkan oleh Yesus  yaitu kasih, buah-buah roh, dll. (Frans Tigi).  Kita sebagai manusia  biasa yang memilih kelemahan dan kelebihan dalam meneruskan ajaran-ajaran Tuhan tidak semua yang dapat kita terapkan dalam kehidupan kita, baik dalam  kehidupan sehari-hari  maupun dalam kehidupan berorganisasi (Mario).

Semenatar itu, Sinta Mahasiswa asal Kerom, dari sekian banyak komentar yang dikemukakan untuk menjawab pertanyaan kedua diatas membenarkan pendapat Mario, bahwasannya semua ajaran Tuhan Yesus tidak semua yang dapat kita jalankan, hanya saja ada sebagian ajaran yang sering kali tanpa kita sadari sudah kita terapkan terhadap sesama manusia.


3.    Menurut anggota FKPMKP apakah ajaran-ajaran Yesus ini sudah ada dalam ajaran adat istiadat kita?

Nah, hal ini yang paling menarik dari diskusi anggota FKPMKP, dimana ternyata ajaran-ajaran yang diajarkan Tuhan sendiri sudah ada dalam adat istiadat suku-suku di Papua jauh sebelum Agama itu masuk di Papua. Dimana di Suku Mee sendiri jauh sebelum Agama masuk mereka sudah lebih dahulu mengenal Tuhan yang disebut sebagai Ugatame dan juga sebelum agama masuk dalam suku Mee juga sudah mengenal 10 perintah Allah yang disebut Totamanaa dan juga sudah diajari untuk saling menghargai (Kabo manaa). Demikian pula sama halnya dengan suku Muyu, Pegunungan Bintang dan yang lainnya.

Seperti di Merauke, Mario sesuai pengetahuannya menjelaskan bahwa, ajaran-ajaran yang Tuhan sudah ada dalam adat istiadat itu sediri, namun tidak sebagian besar dari ajaran Tuhan itu ada.

“Dulu saat belum ada agama orangtua saya belum tau tentang ajaran Tuhan. Dan menurut cerita orangtua, mereka sering di paksa untuk ke gereja dengan berbagai cara. Namun dengan berjalannya waktu, mereka dapat menyimpulkan bahwa ternyata ajaran-ajaran itu sudah ada juga dalam adat istiadat,” jelas Mario.

Jadi, dari semua pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh peserta diskusi dapat disimpulkan bahwa ajaran-ajaran Tuhan Itu sudah ada sebelum agama (Injil) masuk ke Tanah Papua.


4.    Setelah membaca penjelasan diatas menurut teman-teman apakah benar semua itu ajaran Tuhan Yesus sendiri atau dari  Wahyu  Allah?
Berdasarkan Diskusi anggota FKPMKP, ajaran-ajaran Tuhan yang diajarkan pada manusia merupakan Wahyu yang di percayakan oleh Allah kepada Tuhan Yesus untuk di ajarkan pada Manusia.

Namun hal ini dijelaskan lagi dalam buku berjudul “Identitas Yesus dan Misteri Manusia”  Ulasan Tema-Tema Teologi Moral Fundamental yang ditulis oleh Albertus Sujoko, MSC.

Di halaman 30 s/d 31 menjelaskan bahwa Yesus tidak memberikan ajaran moral secara sistematis. Kalau ada pesan-pesan moral yang dicacat dalam Injil-injil, hal ini merupakan konsekuensi dari pesan inti yang dibawah-Nya. Yesus pertama-tama mewartakan Kerajaan Allah. Kerajaan Allah adalah Konsep biblis yang berarti, "Tindakan Allah dalam sejarah manusia serentak menunjukan keadaan zaman akhir di mana Allah meraja secara mutlak.

(...Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus tidak terpisahkan dari pribadi Yesus Sendiri. yang bukan hanya mewartakan Kerajaan Allah, melainkan juga mewujudkan dan membuatnya datang mendekat.Di dalam diri Yesus, melalui sabda dan karya-Nya, tindakan Allah dalam sejarah itu sudah datang...)

menurut Injil Lukas, Yesus  adalah Dia yang menggenapi janji Allah untuk mewujudkan tanda-tanda datangnya Kerajaan Allah. Bukan hanya pesan Yesus saja yang berisi kabar gembira, melainkan juga pribadi Yesus itu sendiri menjadi pusat pemenuhan ini pesan tersebut.

Yesus ditampilkan sebagai pemenuhan janji tahun rahmat Tuhan . Maka mata semua orang di muka bumi ini hendaknya tertuju kepada-Nya.

Kesimpulan

Ajaran Yesus Kristus ialah Kasih dan Keselamatan dengan pokok ajaran Yesus yaitu: Kasih;            Keselamatan; Buah-buah;Trinitas; Perumpamaan. Selain kasih dan keselamatan, ajaran Yesus juga ialah: Mengasihi,  Sukacita,  Damai Sejahtera, Kesetiaan,  Lemah Lembut , Kesabaran ,  Murah hati,  Kebaikan, dan  Menguasai diri.

Yesus menjadi gerakan kemanusiaan. Menuju ke damai,  yang artinya menuju ke persekutuan dan persaudaraan sebagai anak-anak Allah. Yesus Kristus  datang dengan tujuan untuk memulihkan hubungan dalam hidup, yang semakin diperlukan  untuk membangun perdamaian penuh persaudaraan dan persahabatan antara sesama manusia. Memulihkan hubungan dengan membangun jembatan-jembatan untuk mempertemukan itulah yang diperbuat oleh Yesus.

Kehadiran Yesus di dunia dan mati di salib kemudian bangkit  ialah Buah dari perutusan Allah.  Yesus bangkit sepenuhnya dalam Roh, yang terutama berperan tetap membangun jembatan dalam jiwa dan batin manusia, agar manusia menerima aliran daya hidup Ilahi, yang pada gilirannya akan bertindak mengalirkan hidup kita sehari-hari. Yesus dapat mengalahkan  dosa dan maut ialah kuasa pengampunan Allah yang digenapi oleh Yesus dengan kedatangannya ke dunia. Yesus juga menghendaki agar para rasul dan setiap pengikut-Nya memiliki kemampuan untuk mengampuni. 

Ajaran-ajaran Yesus merupakan ajaran cinta kasih. Cinta Kasih adalah kesempurnaan dari hukum. Ajaran-ajaran Yesus dipertentangkan dengan ajaran ajaran moral ahli-ahli taurat pada masa itu. Diaman orang Farisi menyebutnya sebagai ajaran legalistis (ajaran yang terpaku mati pada hukum-hukum tertulis). Nah, sesuai hasil diskusi FKPMKP Ajaran-ajaran Yesus (Cinta Kasih) sudah ada  dalam adat istiadat suku-suku di Papua jauh sebelum Agama itu masuk di Papua.

Untuk itu, Mari kita sebagai pengikut Yesus Kristus sanggupkah kita  menanggapi ajaran-ajaran Yesus didalam kehidupan kita dengan cara berbuat baik, mendalami ajaran cinta Kasih Yesus dalam segala hal. Agar  bila Tuhan datang kembali, Anda, saya dan kita semua  dapat memberikan kepada-Nya hal yang diberikan-Nya kepada Anda, saya dan kita semua.

“Rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.” ( 1 Petrus 5:6,7)
2
Share
Postingan Lama Beranda

Ikuti Kami di Facebook

Katolik Papua

Post Terpopuler

  • Pelajaran Dari “Dismas”, Penjahat Sebelah Kanan Yesus di Salib
    Ilustrasi: Yesus,Dismas dan Gestas di palang kayu salib/ist   Oleh, Herman E. Degei "Kisah tentang orang hebat sudah sering kit...
  • Diskusi Seputar Ajaran-ajaran Sosial Gereja (ASG)
    Hasil Diskusi Forum Komunikasi Pelajar dan Mahasiswa Katolik Tanah Papua di Daerah Istimewa Yogyakarta (FKPMKP DIY) Topik  D...
  • Diskusi Tentang Filsafat St. Thomas Aquinas
    Hasil Diskusi Forum Komunikasi Pelajar dan Mahasiswa Katolik  Tanah Papua Daerah Istimewa Yogyakarta (FKPMKP DIY) Topik  Disk...
  • Misdinar: Melayani Tuhan Secara Sempurna
       Foto : saat -saat bersama Misdinar katefral Tiga Raja Timika, Seusai malam Kamis putih./doc.prib Man Banyak dari kita yang mengan...
  • Cerita Rakyat Kohei/Koyei Daba
    Ilustasi.ist ( Yesus Persi Suku Mee) Di daerah pedalaman Nabire, tepatnya daerah Makewapa, hiduplah satu kelurga yang miskin. Ke...
  • Kaldo: "Saya Dapat Banyak Manfaat dari Makrab FKPMKP DIY 2016"
    PesertaMakrab FKPMKP DIY 2016: Frans Tigi, Ansel Tebay,Yosinta Watae, Kaldo Dogomo, Yunita Wawon, Herman Degey, Petrus Tebay dan Daud Aga...
  • Bahasa Daerah Papua, Itu Budaya
    Kesepakatan  Anggota  FKPMKP Berdoa  Menggunakan Bahasa Daerah Bahasa adalah alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang diha...
  • Diskusi FKPMKP DIY: Yesus Kristus dan Ajarannya
      Ilutrasi.@Design.Mank.Ist Topik              : Tuhan Yesus dan Ajarannya Moderator      : Manfred Kudiai Notulen         :...
  • Adven: Apa & Kenapa Perlu?
    Usai diskusi.(Foto: FKPMKP/Doc.Ist) Forum Komunikasi Pelajar Mahasiswa Katolik Tanah Papua Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu, (03/12...
  • Dimana Allah Berada?
    Dimana Allah Berada? Penulis : J.Darminta, SJ Penerbit : Kanisius Tahun : 2006 Tebal Buku : 47 halaman Dalam kehidupan kita ban...

Tag Lines

  • Brosure
  • GALERI
  • Hasil Diskusi
  • Opini dan Artikel
  • Sastra dan Budaya
  • Siaran FKPMKP

Video

Hubungi Kami

Nama

Email *

Pesan *

Hak Cipta © 2016 : FKPMKP DIY | Forum Komunikasi Pelajar dan Mahasiswa Katolik Tanah Papua di Daerah Istimewa Yogyakarta |

Created By ThemeXpose